Kurma busuk yang sudah dipaketin dalam bungkus plastik, sengaja dicampur dengan kurma yang masih bagus untuk menutupi keburukan buah yang tak layak konsumsi |
Betapa terkejutnya saya di pagi itu, 20 Januari 2015, tatkala mendapatkan bingkisan dari sahabat sesama guru. Sang
guru kebetulan baru saja selesai dari ibadah umroh. Dan seperti biasa siapa
saja yang kembali dari tanah suci Mekah, membawa bingkisan atau sekedar
oleh-oleh yang ingin dibagikan kepada kerabat, keluarga dan sahabat yang ingin
mencicipi oleh-oleh dari tanah suci Mekkah tersebut.
Awalnya kami senang melihat bungkusan yang berisi
sejumlah kurma dan sebotol minuman yang katanya air zam-zam. Minuman wajib yang
mesti dibawa tatkala kembali ke kampung halaman. Kurma tersebut dibungkus rapi
seperti bungkusan kue dan air zam-zam diwadahi dalam botol kecil dengan
ditempeli doa.
Tanpa ragu dan tak menunggu lama bingkisan
tersebut kami lahap dan minuman pun turut membasahi kerongkongan kami. Kurma
dari dahulu tetaplah manis di lidah. Sedangkan sebotol minuman yang katanya air
zam-zam tersebut memang rasanya berbeda dari air minum yang biasa kami minum
dari sumur atau minuman yang diperjual belikan. Berharap air zam-zam bisa
menjadi obat karena air zam-zam memiliki kandungan senyawa yang baik untuk
kesehatan kita.
Meskipun demikian, demi ingin memakan kurma
secara perlahan kami membuka bijinya satu persatu dan sayang sekali di sisa
buah yang terakhir yang kebetulan dua butir ternyata mengandung belatung.
Rasanya saya masih kurang percaya jika mengingat kurma yang telah kami makan
ternyata sudah membusuk.
Dalam hati saya tidak segera menuduh si pemberi
hendak memberi kami dengan makanan busuk, karena alangkah tidak terpujinya
ketika memberi orang lain yang menurut kami dari tanah suci ternyata justru
sudah tidak layak konsumsi. Justru kasihan sekali kenapa beliau tertipu barang
yang kelihatannya bagus tapi justru merugikan dirinya. Tak hanya beliau yang
membeli, karena kami yang menikmati pun turut kecewa lantaran sudah memasukkan
belatung ke dalam perut kami.
Boleh jadi, si pembeli tidak memeriksa dahulu
bagaimana kondisi kurma yang dibeli. Sehingga tertipu oleh pedagang makanan
yang saat ini cukup banyak berkeliaran. Apalagi saat ini, buah kurma seperti
tidak pernah disorot media atau BPOM terkait kondisi buah dan dampak
kesehatannya bagi kita. Tentu sampai sejauh ini belum pernah ada laporan yang
menyatakan bahwa kurma-kurma yang beredar banyak yang sudah tak layak konsumsi.
Sehingga sampai saat inipun cukup wajar pula jika para pedagang nakal ingin
memperoleh keuntungan yang berlebih lantaran mereka menjual makanan yang
berbahaya bagi kesehatan.
Selain kondisi busuknya kurma tersebut, boleh saja
di pasaran sudah beredar kurma yang sudah diberikan pengawet kimia yang
berbahaya agar makanan ini awet. Meskipun kurma adalah makanan yang manis dan
makanan manis cenderung awet, namun jika makanan ini disimpan dalam waktu yang
lama maka tetap akan mengalami kerusakan jika tidak lekas laku terjual.
Apalagi jika melihat kondisi kurma
"busuk" yang telah kami konsumsi sudah membuktikan bahwa para
peziarah tersebut sudah menjadi sasaran empuk penipuan para pedagang yang ingin
mendapatkan keuntungan berlebih tanpa memikirkan dampak yang terjadi jika yang
dijual berbahaya bagi kesehatan.
Kurma busuk yang sampai di tangan kami hakekatnya
menjadi sampel, bahwa saat ini ada indikasi penjual kurma di pasaran sudah
memanfaatkan kelengahan pembelinya.
Ada beberapa asumsi bagaimana kurma busuk itu
bisa mudah beredar.
Pertama, Kurma hakekatnya makanan yang
dijamin kebersihan dan higienitas lantaran produsen pertama (penghasil kurma)
selalu berusaha menjaga kualitas produk yang hendak diperjual belikan.
Kurma termasuk dalam kategori komoditi eksport di mana Indonesia sebagai
Importir yang membutuhkan berton-ton buah kurma setiap tahunnya. Karena kurma
saat ini tidak hanya sebagai buah tangan bagi peziarah ke tanah suci, tapi
masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi kurma dan menyimpan buah ini
di lemari pendingin.
Apalagi mendekati hari raya idul fitri, buah kurma menjadi
salah satu menu hidangan meja yang tak pernah ketinggalan. Kurma manis dan
legit selalu menjadi daya tarik tersendiri pegi penggemarnya. Termasuk saya
sendiri tidak pernah menolak jika mendapatkan kurma.
Terjadinya kurma busuk boleh jadi karena proses
penjualannya di pasaran tidak memenuhi standar kesehatan. Tidak sedikit para
pedagang yang mengeler alias memampang kurma tanpa ditutup rapat, jadi lalat
dengan mudahnya hinggap di atas buah tersebut. Tak hanya lalat, debu yang kotor
bersama kuman-kuman penyakit turut hinggap pada kurma. Jadilah kurma tersebut
terkena kuman, dan kuman berkembang di dalam makanan.
Pantas saja, kurma yang kami nikmati sudah
membusuk dan dipenuhi belatung. Boleh jadi kurma ini adalah kurma yang
dibiarkan terbuka dengan udara bebas dan lalat-lalat begitu mudahnya hinggap di
atasnya.
Kedua, Selain karena kebutuhan import
kurma bagi Indonesia cukup tinggi lantaran tinggi permintaan pasar, sehingga
acapkali para pedang besar sengaja menyimpannya dalam waktu lama dalam dus-dus
yang kurang rapat. Jadinya karena waktu penyimpanan terlampau lama maka tanggal
kadaluarsa makanan pun terlewati tanpa kontrol - atau sengaja dibiarkan
berlama-lama- lantaran tidak juga habis terjual.
Kondisi ini memicu kurma yang tadinya baik,
karena terlalu lama dalam penyimpanan maka kualitasnya menjadi jatuh. Dampaknya
ya sudah dapat ditebak, kurma yang hendak dijual tersebut sudah membusuk. Jika
pedagang jujur, maka kurma-kurma yang membusuk tersebut langsung dibuang namun
risiko pedagang tersebut mengalami kerugian.
Pedagang yang membuang kurma busuk tersebut
hakekatnya lebih menjaga kualitas dan kemanan makanan yang dijual, dia memilih
rugi daripada mengecewakan pelanggannya.
Ketiga, indikasi selanjutnya kenapa kurma
busuk bisa beredar? Boleh jadi karena buah yang sudah busuk tadi sengaja dijual
kembali ke pengecer dengan harga yang relatif murah. Pedagang besar
memilih rugi sedikit yang penting barang terjual daripada dia membuang
sedangkan modalnya tak kembali.
Kurma murah dengan kualitas buruk tadi dipaket ke
dalam bungkusan kecil, dijual dengan harga murah. Dengan dibungkus plastik
rapi, pembeli jarang bisa mengecek keberadaan kurma. Dan tentu saja penjual
berusaha curang dengan mencampur kurma yang baik dng yang busuk karena ingin
mendapatkan keuntungan berlebih. Seandainya pembeli ingin sekedar mencicipi,
penjual memberikan kurma yang kualitasnya baik untuk mengelabui para pembeli.
Sebuah aktifitas bisnis yang buruk yang justru
merugikan orang lain. Dalam Islam model penjualan cara ini dikategorikan riba
(haram), karena mencampurkan barang baik dng yang buruk demi mendapatkan
keuntungan.
Keempat, kurma termasuk komoditi pilihan
yang cukup bisa mengelabui petugas BPOM. Tentu karena selama ini yang menjadi
obyek operasi BPOM dan dinas perdagangan dan dinas kesehatan jenis makanan
hidup seperti ikan dan daging. Ikan dan daging sering didapati mengandung
formalin atau sudah busuk. Jadi petugas mudah sekali mengecek kondisinya.
Berbeda dengan kurma, selalu diidentikann dengan buah yang baik karena diimpor
dari Arab Saudi. Padahal kenyataannya hampir semua buah dan makanan yang
beredar saya ketemukan dalam kondisi sudah tak layak konsumsi.
Pemerintah sudah
tertipu penampilan dan label "import" dari beberapa jenis makanan
ini.
Sehingga amat wajar pula buah kurma yang
sejatinya sangat baik, bergizi dan dihukumi "sunnah" jika
mengkonsumsi buah ini ketika berbuka puasa, diperlakukan kurang baik oleh para
importir atau pedagang besar yang mampu membeli kurma dalam jumlah yang besar.
Tak hanya kurma, air zam-zam yang sekiranya
merupakan minuman Nabi ini pun saat ini sudah banyak yang palsu. jadi saat ini
para pedagang dan produsen minuman tersebut pun ingin mencari untung besar
dengan menipu konsumen.
Oleh karena itu, saat ini, kita selaku konsumen
semestinya waspada dengan peredaran buah busuk, karena tentu bisa berdampak
kurang baik bagi kesehatan. Terlebih-lebih pemerintah (BPOM) selaku lembaga
yang mengontrol semua jenis makanan yang beredar di masyarakat agar tidak
kecolongan lagi dengan beredarnya kurma busuk dan makanan lain yang justru
merugikan masyarakat selaku konsumennya.
Salam
Note:
Tulisan ini dipublikasikan juga di Kompasiana.com/maliamiruddin/http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2015/01/20/waspadai-kurma-busuk-beredar-718101.html
Komentar