Pernahkan Anda Merasa Wajah Anda Seperti "Tersalah"? Lakukanlah Ini!

www.sodahead.com

Pernahkah Anda mengalami sikap skeptis, apatis, atau bahkan paranoid? Atau Anda malah menjadi biang keladi atau penyebab orang lain mengalami gangguan mental ini? Jika Anda penyebabnya, segeralah bertobat sebelum terlambat dan janganlah menjadi duri yang menancap dalam daging. Kehadiran Anda justru akan menjadi musibah bagi kebahagiaan orang-orang di sisi Anda. Sebaliknya jika Anda sebagai korban, berharap kondisi Anda akan pulih sedia kala.

Situasi di mana merasa dikucilkan, dianggap orang yang aneh, atau dianaktirikan lantaran perbedaan fisik, terutama wajah Anda? Jika pernah, mudah-mudahan cukup sekali saja Anda merasakan hal itu. Sebab, betapa tidak enaknya hidup ini,  di mana pun kita berada, orang-orang di sekeliling kita selalu menaruh curiga. Bawaannya sensi melulu. Dan yang lebih aneh lagi, keberadaan kita yang masih baru, seolah-olah adalah orang yang paling dibenci dan tak layak hidup deh pokoknya. Jadi kemanapun kita merasa terasing.

Kayaknya tersiksa banget ya dengan keadaan ini? Ya iyalah. Gimana sih, lah kita dijauhi dan dimusuhi kog enak!? Bukannya senang justru senep alias perut mules. Kita berusaha membaur, eh ternyata ada pihak-pihak yang takut tersaingi oleh keberadaan kita. Jadi orang-orang parno tersebut berusaha menjauhkan kita dari komunitas atau masyarakat di lingkungan di mana kita berada.

Entah, kenapa mereka melakukan itu. Apakah keberadaan kita mengganggu? Ah tidak. Apakah kita akan merugikan mereka? Tidak juga. Atau karena wajah kita yang misterius atau sudah kadung mendapatkan stempel "jahat"? Boleh jadi sih. Tapi, betapa penilaian sepihak itu sangat tidak masuk akal, bukan?

Kita adalah orang yang baru dikenalnya, mengapa tiba-tiba dimusuhi dan dijauhi. Belum lagi yang membuat kita tidak habis pikir, keberadaan kita juga tidak merusak, apalagi merugikan orang lain dan kita selalu berusaha menjadi orang yang respek dengan orang-orang di sekitarnya. Dan tentu saja karena kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Alasan apakah yang sebenarnya memicu orang-orang menjauhi Anda? Apakah "tampang" atau penampilan Anda yang misterius dan menakutkan, cuek, gak mau senyum alias cemberut melulu, dan boleh jadi mungkin Anda orangnya bawel dan ketus?

Kalau faktor tersebut tentu Anda harus mawas diri. Betapa kondisi itu mesti dijauhi dan berubah menjadi diri Anda yang disukai. Muncul pertanyaan "Apakah itu tidak melawan kodrat atau bawaan yang "katanya" memang misterius dan menakutkan?" Wah terlalu berlebihan sepertinya.

Boleh jadi juga karena Anda adalah sosok yang wajahnya terlalu serius dan selalu menanggapi sebuah candaan dengan serius. Ketika orang bilang "Halo, Mbak yang cantik."  Tiba-tiba wajah yang berbentuk segitiga pun muncul, dan mulut kita mengomel dan nyerocos tak ada berhentinya. Dan keluarlah kata-kata "Apa sih, Lu? Dasar kampungan!

Padahal jika kita mudah bergaul, cukuplah dengan mengatakan "Pagi Bapak... Ah Bapak ini. Jangan begitu, nanti ibu marah, loh! Atau pernyataan lain yang cukup bisa mengerem candaan agar tidak berlebih-lebihan.

Jika yang keluar dari lisan Anda justru kata-kata kasar, kayaknya sikap ini amat sangat terlihat sekali bahwa Anda amat eksklusif. Jadi berusaha menghindar dari orang lain dengan harapan hal-hal yang menjadi hak atas diri Anda tidak diganggu oleh orang lain. Atau memang sikap egois dan sombong yang mungkin muncul serta menganggap orang lain lebih rendah.

Dengan mengatakan "dasar kampungan", adalah sebuah penolakan terhadap sikap seseorang yang boleh jadi respect terhadap diri kita. Tak hanya penolakan, tapi sebuah pergeseran nilai akan kesopanan. Jka menganggap orang-orang di sekitar kita lebih rendah derajatnya atau secara ekonomi jauh berbeda, hingga berujung pelecehan atas martabat dan harga diri orang lain. Tentu sikap ini sangat tidak patut. Apalagi kehidupan kita berada di antara orang lain. 

Dengan menolak kehadiran orang lain dalam kehidupan kita tentu ini adalah hal yang aneh. Meskipun Anda menganggap ini adalah hak, tapi Anda akan berada dalam situasi sulit untuk bersosialisasi, anti sosial dan tentu saja dijauhi oleh masyarakat. Nah, kalau sampai begini kan jadi repot. Dan tentu saja ada hak-hak orang lain yang semestinya Anda penuhi. Bahkan boleh jadi adalah kewajiban sebagai bagian masyarakat untuk saling menghormati dan menghargai.

Merasa dijauhi dan dimusuhi atau merasa paling bodoh?

Menjadi pribadi yang dijauhi memang tidak menyenangkan hati. Apalagi dimusuhi dan difitnah ini itu yang kita tidak tahu duduk persoalannya. Kecuali memang kita adalah sosok yang suka berbuat onar, menipu dan aneka kesalahan yang membuat orang lain tersinggung dan tersakiti oleh tangan atau mulut kita. Tentu ini adalah kesalahan yang semestinya dimintakan maaf.

Kadang kita berpikir bahwa kita adalah sosok yang paling kecil, atau sosok yang paling bodoh dan lain sebagainya stempel negatif yang cenderung muncul dengan sendirinya. Padahal tidak ada yang paling kecil atau paling bodoh di dunia ini, lantaran semua manusia itu sama. Hanya saja tingkat pengetahuannya berbeda-beda, dan pengalaman orang lain tak sama. Kadang di satu sisi kita mempunyai kelebihan tapi disisi lain justru kekurangan.

Atau sebaliknya, kita terlalu jumawa, merasa paling hebat dan mengerti akan banyak hal. Padahal tidak ada manusia yang paling mengerti karena kemampuan manusia itu amat terbatas. Ibarat seorang dosen, bukan berarti dosen itu terlalu pandai, tapi karena mereka sudah lebih dahulu belajar dan menuntut ilmu dan sudah banyak buku yang dibaca, jadi bukan seolah-olah paling tahu segala-galanya. Dan mahasiswanya pun boleh jadi malah memiliki pengetahuan yang lebih pada hal-hal tertentu.

Itulah manusia, tidak ada yang paling sempurna karena semua manusia mempunyai kekurangan.

Pernah suatu ketika penulis dicuekin, tak diajak bicara dan dijauhi. Halah sakitnya tuh disini. Enek opo sih rek, kog aku didohi ngono? Kenapa sih kog saya dijauhi? Apa salah saya? Apa dosa saya? Lah malah kayak sinteron. Padahal asal muasalnya karena "belum saling mengenal satu sama lain." Jika Anda muda-mudi, jangan berharap bisa akrab jika belum mengenal satu sama lainnya. Syukur-syukur mengenal secara dekat baik identitas pribadi maupun karakter kepribadian kita. Karena kalau saling mengenal maka masing-masing pihak bisa mengontrol diri - tidak lepas kendali.

Tidak pelit memberikan senyuman meski pada orang yang baru dikenal. Menyapa terlebih dahulu agar orang tahu kita respek pada orang lain, dan jangan pernah meminta orang lain respek kepada kita, karena itu egois namanya. Bolehlah kita mengalah untuk menyapa orang yang baru dikenal untuk kemudian bisa saling menyapa. Mudah-mudahan responnyay positif. Nah, jika responnya negatif maka lebih baik undur diri daripada berujung yang lebih buruk lagi. Sambil mengatakan "maaf".

Orang menganggap wajah kita "salah" boleh jadi memang sikap negatif orang-orang di sekitar kita. Boleh jadi karena trauma dengan wajah kita. Seperti misalnya wajah saya yang agak misterius, maka orang pun akan acuh karena kawatir salah ucap. Pernah pula orang tak bertanya untuk beberapa saat lantaran menganggap wajah kita mirip orang yang selama ini dibenci. Jadi kita menjadi korban dari perbuatan orang lain yang tidak kita kenali. Atau boleh jadi mereka menganggap wajah kita "buruk" jadi mereka akan antipati dan menjauhi. Atau menjadi paranoid takut apa-apa terjadi pada mereka. 

Padahal semua itu amat jauh dari sikap dan karakter kita yang sebenarnya. Tapi karena mereka belum sepenuhnya mengenal kita, maka semestinya dimaklumi. Sapa terlebih dahulu dan ajaklah berdiskusi akan hal-hal yang sepele untuk membuka ruang berfikir bahwa kita bukan siapa-siapa dari orang yang dibenci itu. Dan yakinlah bahwa keberadaan kita akan membuat mereka merasa aman.

Tetaplah menjadi pribadi yang baik, baik menurut tatanan masyarakat di sekitar. Ibarat dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Dimana kita tinggal, maka adat istiadat di daerah setempat pun semestinya kita hargai dan hormati. Seandainya memang wajah kita "buruk", tetap tunjukkan bahwa kita memiliki kepribadian yang baik dan bertolak belakang dari buruknya wajah kita ini. Wajah boleh buruk tapi hati kita baik. Wajah boleh seram, tapi kepribadian kita menarik untuk orang lain. Ketika wajah kita dianggap ancaman, maka tunjukkan bahwa kita adalah makhluk atau hamba Tuhan yang suka membantu dan menolong. Dengan cara ini maka eksistensi kita akan diakui dan dikenal sebagai pribadi yang baik pula. Salam

Komentar