Belajar dari Anggun, Anak Berkebuhan Khusus yang Berjualan Makanan Ringan

Anggun, disela-sela istirahat, ia menjual kripik mantang (dok. pribadi)


Berbisnis atau mencari uang dengan aneka cara sepertinya mudah dilakukan, ya? Maka kita sering mendengar "Wah, kayaknya sudah biasa tuh Pak!" atau  "Kalau hanya berjualan tidak terlalu sulit." Yap, ternyata dalam benak kita tercipta imej bahwa melakukan bisnis atau mencari uang dengan cara tertentu cenderung dianggap mudah. Benar sekali.

Tapi, apakah kita pernah tahu, betapa kegiatan bisnis ini tidak mudah dilakukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan segala kelemahan yang dimiliki, baik fisik, intelegensi, sosial emosional dan komunikasi turut memicu sulitnya melakukan aktivitas yang bisa menghasilkan uang ini. Mencari uang dengan cara yang halal dengan cara berniaga.

Bukan hanya bagi anak-anak berkebutuhan khusus, anak-anak normal saja kadang tidak mampu melakukannya. Entah alasannya "malas", atau memang mental yang belum terlatih atau terbentuk untuk mandiri. Jadi mereka beranggapan bahwa mencari uang sendiri adalah sesuatu yang sulit. Atau orang tua yang selalu menganggap bahwa belajar bisnis merupakan pekerjaan orang tua, sehingga tercipta imej negatif kalau anak-anak berjualan, maka itu adalah kesalahan. Bahkan ada yang menganggap kita telah merusak dunia bermain mereka. Padahal, dengan mereka belajar berbisnis, misalnya berjualan saja sudah merupakan kegiatan yang menyenangkan dan penuh tantangan.

Mereka mengenal materi tentang kemandirian, jual beli, uang dan pendidikan karakter untuk bermental jujur dan berani, tentu tidak lengkap rasanya jika tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun kegiatan berjualan ini hakekatnya bukan wajib karena sebagai latihan, ternyata pengalaman yang berharga cukup membuat anak-anak ABK menjadi lebih mandiri dan berani melakukan komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.

Belajar bisnis dengan berjualan ala Anggun

Berbicara bisnis kayaknya terlalu keren, ya? Mungkin lebih tepatnya berjualan saja. Seperti apa yang dilakukan Anggun yang memiliki nama lengkap Anggun Krisnatara ini.

Anggun memiliki kelemahan dari segi fisik dan intelegensi serta emosi, para ahli pendidikan khusus menyebut mereka dengan tuna ganda yaitu memiliki aneka kelemahan. Dari segi fisik mereka mengalami hambatan, ditambah lagi dari segi intelegensi juga mengalami hal yang sama.

Menurut informasi guru yang menangani anak ini, kondisi Anggun terjadi sejak dini, sejak dalam kandungan sudah mengalami kelainan. Dan ternyata sejak usia dini itu, pasca disekolahkan di sekolah luar biasa, teridentifikasi anak ini termasuk dalam kategori tuna ganda (tuna daksa dan grahita).

Memiliki fisik yang kurang sempurna dan intelegensi yang rendah, ditambah lagi dengan kepercayaan dirinya yang juga kurang.

Keripik mantang (ketela rambat) salah satu makanan tradisonal yang renyah dan gurih (doc. pribadi)


Beberapa hari ini Anggun terlihat menenteng kantung plastik di bawa ke kelas-kelas ketika jam istirahat. Saya pikir Anggun tengah membawa bekal, tapi ternyata ia malah menjajakan keripik ketela (mantang) yang sudah dibumbui dengan bumbu pedas.

Saya tanya darimana dan untuk apa? Ternyata ia menjawab bahwa ia membawa makanan itu dari rumah dan ingin menjualnya. Kebetulan pagi ini menjual kripik mantang dan snack pedas lainnya. Saya terhenyak dan kagum, betapa anak yang dianggap lemah dan tak berdaya ini ternyata mampu menunjukkan diri bahwa ia juga bisa melakukan pekerjaan yang orang lain lakukan.

Perbungkus keripik mantang  dijual lima ratusan dan ada pula yang dua ribuan tergantung besar kecilnya bungkus. Pembeli tinggal memilih dengan harga yang sesuai. Saya memberi penghargaan pada anak berkebutuhan khusus yang ternyata telah mandiri dan mampu mencari uang. Dan saya karena kebetulan gemar dengan makanan tradisional saya memesan lima bungkus seharga dua ribuan. Saya serahkan uang sepuluh ribu dan ia berlalu sambil terlihat wajahnya senang karena usahanya bisa berhasil.

Anggun merupakan siswa dari keluarga penjual nasi di kampungnya. Boleh jadi ia ingin belajar bagaimana bisa berjualan seperti apa yang orang tuanya lakukan. Belajar untuk menuntut ilmu, dan mencari pengalaman berjualan dari orang tua tercinta. Intinya dia bisa menawarkan barang, menerima pembayaran dan memberikan kembalian jika uangnya sisa. Lebih utama lagi jika penghasilan hariannya bisa dicatat dalam buku agar pengeluaran dan pemasukan bisa terkontrol. Paling tidak selain belajar berusaha, uang hasil jualannya bisa untuk uang jajan atau disimpan untuk kebutuhan yang lebih penting lainnya.

Meskipun dalam lingkungan sekolah, ternyata anak ABK ini bisa memanfaatkan waktu kosong dengan berjualan. Tak peduli jika yang lain malah asik bermain dan bercanda dengan teman-temannya, sedangkan dia malah memanfaatkan waktu luang dengan berjualan.Namun demikian, meskipun ia berjualan, tentu kegiatan sehari-hari sebagai siswa di SLBN Metro merupakan aktivitas wajibnya saat ini, yaitu menggali ilmu dan mengembangkan diri agar menjadi siswa yang mandiri.

Memberikan peluang usaha bagi anak berkebutuhan khusus

Sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus hakekatnya bukan hanya lembaga yang mentransfer ilmu pengetahuan secara teoritis belaka, selain itu juga mendidik mereka agar bisa mandiri dan mampu mencari penghasilan  sendiri demi memenuhi kebutuhan hariannya. Jadi ketika mereka lulus mereka sudah tidak tergantung dengan orang lain.

Pun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pemerintah, salah satunya lomba kewirausahaan yang beberapa kali telah diikuti, ternyata memberikan peluang pula bagi anak ABK untuk bisa menggali pengetahuan dan pengalaman dalam berwirausaha. Dengan kegiatan yang juga berbentuk lomba itu pun memberikan kesempatan bagi yang mendapatkan prestasi untuk bisa mengembangkan kemampuannya di kemudian hari.

Tentu dengan aneka peluang dan kesempatan serta tantangan untuk berwirausaha tentulah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk bantuan modal agar mereka bisa mengembangan usahanya. Salam

Komentar