Inilah Kesan Mengikuti Progam Diklat Guru Pembelajar Moda Daring (Dalam Jaringan)

Halaman muka Web Guru Pembelajar Online (https:gurupembelajar.id)

Siapa ya yang sudah  mendengar tentang Guru Pembelajar? Sepertinya semua guru sudah mendengarnya. Sebab ketika Bpk. Anies Baswedan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sebelum akhirnya beliau dinonaktifkan atau diberhentikan oleh Presiden Jokowi, program ini sudah dihembuskan kepada kalangan pengelola pendidikan. Bukan hanya para guru, karena semua orang yang terlibat dalam dunia pendidikan tentu mendengar program yang baik ini.

Program yang sejatinya digagas untuk menjawab tantangan masa depan dalam dunia pendidikan kita. Dunia pendidikan yang masih dianggap kurang maju dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara khususnya (ASEAN).

Menurut Indeks Perkembangan Pendidikan (Education Development Index, EDI), Indonesia menempati urutan ke-69 dari 127 negara pada 2012. (dirilis oleh prestasi.iief.org).

Dengan demikian, kondisi pendidikan di Indonesia masih jauh dari negara-negara maju maupun berkembang termasuk di negara-neggara ASEAN. Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan indeks pembangunan pendidikan di Indonesia tersebut adalah dengan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme para pendidiknya salah satu caranya dengan mengikut sertakan guru-guru dalam kegiatan guru pembelajar online.

Terlepas siapa yang menggagas program guru pembelajar (GP) tersebut, yang sedianya diikuti oleh semua guru khususnya untuk nilai UKG yang dianggap belum layak, tentu ada banyak kesan yang bisa diceritakan di sini.

Pertama, karena penulis menerima informasi GPO ini awalnya mendengar via percakapan guru-guru dan informasi dari internet yang masih belum sepenuhnya dipahami, sehingga meunculkan kegalauan tersendiri. Bagaimana tidak, program guru pembelajar dengan Moda Daring hakekatnya masih baru, dan kebetulan juga secara resmi belum disosialisasikan oleh dinas terkait. Jadi untuk mengikuti kegiatan yang baru itu cukup membuat hati berdebar-debar dan bimbang, apakah penulis bisa mengikuti kegiatannya dengan konsisten atau sebaliknya.

Boleh jadi perasaan galau pun dialami oleh guru-guru lain. Meskipun untuk teknologi informasi sudah bukan barang baru, tapi ketika berhadapan dengan pembelajaran yang bersifat wajib ini, maka rasa was-was dan gundah menyelimuti diri setiap hari. Apakah penulis bisa mengikuti atau tidak dan bagaimana nanti respons guru pengampu ketika berhadapan dengan peserta yang masih kurang ngeh ini.

Meskipun dalam kegalauan ternyata di sesi pembukaan atau pengantar sampai penutup sudah dilewati, ada kepuasan tersendiri, Bahwa begitu banyak ilmu yang bisa diserap dan diamalkan dalam proses mengemban tugas negara ini.

Kedua, selain rasa galau karena program bimbingan guru ini tergolong baru, tentu pernak pernik yang ada di situs www.gurupembelajar.id itu cukup menguras pikiran. Selain menguras pikiran karena mesti mengenal situs itu secara mendalam, penulis merasa gagap karena tidak mempelajari dari pedoman yang tersedia. Bahwa di dalam situs itu ada modul yang bisa dipelajari dengan cara mandiri. Jadi tidak ada alasan penulis tidak bisa melakukannya. Dan bersyukurnya karena memiliki guru pemangku, maka kesulitan sedikit demi sedikit bisa diatasi.

Ketiga, kesan selanjutnya adalah panik, ketika mendapatkan tenggang waktu mempelajari persesi dengan beberapa hari saja tentu sempat membuat panik. Bagaimana tidak, dengan waktu kurang lebih sepekan guru peserta harus belajar mengenal situs, mengisi beberapa aitem pertanyaan pemula, membuka modul dan mengunduhnya untuk kemudian dipelajari tentu bukan perkara mudah. Selain itu rasa deg-degannya ketika akan memulai tes penilaian diri dan tes sumatif, tentu ada kekhawatiran sendiri, apakah saya bisa mengerjakan tes itu atau justru gagal. Dengan waktu dua menit per soal tentu bukan persoalan gampang menyelesaikan 10 soal per sesi. Sedangkan dalam satu modul ada 4 sesi pembelajaran.

Beruntungnya soal yang sudah selesai itu bisa diulang sekali lagi hingga jawaban kita benar-benar valid untuk kemudian disubmit tanda selesai mengerjakan.  Sayang sekali, meskipun soalnya terlihat mudah ternyata untuk mendapatkan nilai 10 sangatlah sulit. Meskipun tidak mudah ternyata ada saja peserta yang bisa meraih nilai 10 di setiap sesi evaluasi. Salut.

Kepanikan ini tidak hanya yang penulis alami,  karena di luar sana masih banyak guru-guru yang gagap alias gaptek lantaran baru kali inilah mengikuti pelatihan secara online (media daring) atau dalam jaringan.

Keempat, kesan selanjutnya setelah setiap sesi dilalui adalah rasa bangga. Rasa itu muncul karena ternyata begitu banyak ilmu dan informasi yang diberikan kepada penulis khususnya terkait mengidentifikasi anak-anak tuna grahita, bagaimana menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran, permainan bahasa, pemilihan bahan ajar dan lain-lain yang semuanya bisa kita peroleh dengan mudah. Namun demikian, karena waktu belajarnya terlalu pendek, maka para peserta merasa masih perlu banyak belajar lagi hingga pemahamannya semakin sempurna.

Kelima, terjalinnya komunikasi antar peserta. Boleh jadi kesan ini juga dirasakan oleh guru lain pasca mengikuti pelatihan guru pembelajar moda dari ini. Di mana dari sekian peserta ternyata mereka adalah guru-guru SLB yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Kiranya komunikasi antar peserta tidak sebatas moda daring semata, tapi semestinya juga berlanjut menjadi komunikasi atau interaksi yang intensif hingga menjadi komunitas yang solit dalam meningkatkan profesioalisme dalam pembelajaran.

Beberapa kesan ini hakekatnya sebagian kecil dari sekian banyak kesan yang mesti diungkapkan. Karena betapapun banyak kekurangan, sebuah program yang baik semestinya diapresiasi hingga terus dibenahi menjadi program yang benar-benar mewadahi bagi guru dalam meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran yang nantinya berdampak pada prestasi siswa yang lebih optimal.

Salam

Web Guru Pembelajar Online : https://gurupembelajar.id



Komentar

ginting@soek@ mengatakan…
moda daring apa tujuan sesungguhnya...?? setelah jadi guru baru diajari lagi..terlambat kayaknya...guru kok diajari /// TU lho kampus yang memproduksi guru yang dibeneri...lagian kenapa SPG dibubarkan.....dan gambar pak anis di halaman beranda login itu sangat mengganggu,,,beliau kan sudah nyagub..gak etis kelihatan....wauuu wauuuu
ginting@soek@ mengatakan…
selebihnya selamat bermoda daring kawan-kawanku...jangan mengeluh..biayanya pakai duit sendiri dulu dan bagi yang masih honor...sabarlah cari utangan dulu kalau masih mau jadi guru....
Extraordinary News mengatakan…
Terimakasih komentarnya Pak ginting@soek@, saya melihat program GP Daring ini cukup bagus, tp masih perlu dioptimalkan lagi, terkait diskusi antara guru dan pengampu dan sesama guru yg selama ini kurang begitu intens. Sehingga ada baiknya interkasi itu lebih ditingkatkan lagi agar antar guru dan pengampu terjadi sinergitas dlm meningkatkan mutu guru