Kawan Sejati, Ternyata Masih Ada

Kawan sejati senantiasa ada di sisi kita dalam situasi apapun, namun kawan sejati adalah amal, yang akan menemani kita ketika tidak ada lagi kawan dan naungan selain Allah SWT  (katamutiara.web.id)


Kawan Sejati, Ternyata Masih Ada

Katanya saat ini sulit mencari kawan atau teman sejati, karena mereka selalu mengharapkan balas jasa. Bahkan ada yang lebih sinis  lagi mengatakan bahwa saat ini teman hanya mencari keuntungan dari pertemanan, dan cenderung merugikan temannya. Benarkah demikian? Boleh jadi yang mengatakan bahwa tidak ada teman yang sejati pernah disakiti dan ditipu oleh satu-satunya teman. Ia mungkin tidak mencari teman sebanyak-banyaknya. Jadi, seolah-olah dunia ini sempit. Jika sudah berteman satu, maka cukup ia saja yang dijadikan sandaran dikala duka. Teman curhat dikala susah.

Tapi, lain lagi jika temannya tak hanya satu, mereka mencari teman di mana-mana. Bisa lewat medsos, termasuk kompasiana, atau teman yang kebetulan satu profesi. Tentu jika satu teman meninggalkan kita, pastilah ada teman lain yang menggantikan. Eeee ada juga yang memiliki teman, sejam atau dua jam langsung putus hubungan. Tentu ada yang salah dengan diri kita. Apakah kita terlalu protektif, permisif, jutek, mudah usil, atau mudah mengganggu urusan pribadi (privacy). Gak akan betah memiliki teman yang beginian. Apalagi yang mudah iri dan dengki dan tak suka melihat temannya bahagia. Gak bakalan selama hidup memiliki teman. Ya kan?

Banyak teman di sekitar kita,
teman yang bisa mengerti apapun keadaan kita.
Ia selalu hadir meski dalam keadaan duka.
Tapi teman yang terbaik untuk kita adalah Amal Kebaikan.
Karena ia akan menemani kita di saat tidak ada satupun naungan selain Naungan Tuhan

Saya termasuk yang menemukan teman sejati, meski tak pernah bertemu dan jarang bertegur sapa, karena satu profesi kami menjadi teman. Teman sesama guru. Ia teman yang tak ku kenal tapi kebaikan hatinya sungguh mulia.

Kejadian bermula tatkala selesai pelatihan di kota Gudeg Yogyakarta, ndilalah koper saya ketinggalan di bis. Maklum banyak pikiran apalagi sambil membawa siswa yang butuh pendampingan penuh. Tentu acapkali barang bawaan tertinggal. Saya kalut, bingung, sedih dan kecewa dengan diri sendiri. Kog saya bisa bodoh, lupa, pikun dengan bawaan sendiri. Apalagi Yogyakarta adalah kota besar yang tak kan mungkin ada saudara yang menolong. Apalagi meskipun punya keluarga, ternyata tak jelas juga keadaannya. Lepas komunikasi lantaran meninggalnya simbah dan belum mempertemukan dengan keluarga di Yogya.

Saya sudah mencari-cari sampai ke hotel, ternyata barang sudah tidak ada, karena saya menduga barang tersebut dikembalikan ke hotel. Saya sudah pasrah karena tidak mungkin barang saya yang berisi pakaian dan buku-buku akan kembali. Saya sudah mengikhlaskan karena ketika mengontak pihak panitia, ternyata belum memberikan jawaban pasti.

Alhamdulillah saya beruntung. Pak Eko, teman yang saya anggap jauh karena berasal dari Prop. Riau itu ternyata memiliki kebaikan hati yang luar biasa. Kebaikan hatinya tatkala rela mendidik anak ABK ini pun terpancar tatkala mengamankan koper saya yang tertinggal. Padahal bisa saja ia mengaku saja pemilik koper tersebut dan membiarkan pesawat membawanya sampai ke bandara Pekanbaru.

Tak dinyana, ketika saya dirundung kecemasan, sembari menunggu waktu penerbangan, beliau tiba-tiba memberitahu saya bahwa ia menemukan sebuah koper. Dan ketika saya tanyakan ciri-cirinya, benar itu milik saya. Lega hati ini karena mendapati guru yang tak pernah saya kenali justru menjadi teman yang baik. Seorang pria yang semula saya anggap aneh karena memiliki fisik yang kurang baik, ternyata hatinya sungguh mulia.

Ketika saya tanyakan, beliau mengatakan koper itu sudah masuk ke bagasi pesawat dan sudah siap meluncur ke Pekanbaru karena daripada koper tersebut hilang, maka beliau berinisiatif menyimpannya.
Saya senang karena sudah ada yang mengakui bahwa ia menemukannya. Akhirnya saya meminta nomor rekening supaya saya bisa mentransfer ganti rugi berapa saya harus mengembalikan biaya pengiriman.

Sekali lagi, bapak ini seperti malaikat yang berhati mulia, meskipun uang pengiriman hendak saya ganti, ternyata beliau justru rela mengirimkannya kembali ke Lampung dengan jasa JNE meski tanpa saya ganti. Sebab beliau menolak tatkala saya tawari ganti rugi.

Saya gak enak hati, tapi mungkin inilah balasan Tuhan, tatkala kita memohon pertolonganNya, ternyata Tuhan menggerakkan hati seseorang untuk menolong saya meski tanpa mendapatkan imbal jasa. Cukup ucapan terima kasih berkat kebaikan hatinya. Padahal jika diganti rugi, biaya pengiriman bisa mencapai 200 ribuan.

Kisah ini hakekatnya benar-benar terjadi, seorang sahabat yang benar-benar sejati. Beliau berteman tanpa meminta balas jasa, dan berharap Tuhan yang akan membalas kebaikan dirinya. Semoga pak Eko dan orang-orang yang berhati emas, mendapatkan tempat yang mulia di sisiNya.

Yakinlah, bahwa dunia ini tak selebar daun kelor dan tak serumit benar yang kusut. Mungkin saat ini Anda merasa dibully, disakiti dan difitnah oleh orang-orang terdekat Anda. Atau ditipu lantaran teman yang telah berkhianat. Tapi Tuhan tidak pernah tidur dan membiarkan hambanya jatuh tersungkur dalam kebinasaan dan kerugian.

Saya pun yakin bahwa di Kompasiana saya bisa mendapatkan teman sejati, teman yang selalu memberikan pencerahan dan inspirasi agar kehidupan kita menjadi semakin baik.

Salam

Komentar