Nak, Andaikan Engkau Tahu Sakitnya Ibumu Melahirkanmu


Kasih Ibu Sepanjang Masa, I Love U Soo Much Mom (Gambar: mobavatar.com)



Kasih ibu sepanjang masa, tak terbalas oleh apapun yang diberikan oleh anak-anaknya. Mencintai ibu dan menghormatinya adalah kemuliaan dan kehormatan sebagai orang yang beriman



Nak, Andaikan Engkau Tahu Sakitnya Ibumu Melahirkanmu

Suatu ketika anak-anak kog keceplosan kata-kata kasar yang sebenarnhya amat jarang ia lontarkan, bahkan amat mungkin tidak melontarkan kata-kata itu kepada ibunya. Sebab, kedekatannya kepada saya selaku ayahnya tak lebih baik kepada ibunya. Tapi entah, ada problem apa dengan teman-temannya kog seketika itu ia membentak ibunya, "mamak iki, dipanggil kog gak denger-denger!".

Sontak saja, mendengar kata-kata ketus itu, ibunya sedikit  marah, dan balik mengatakan bahwa ucapan itu tidak sopan dilontarkan kepada ibunya. Seketika itu pula, kata-kata sedikit kasar keluar dari lisan istriku. Kenapa tiba-tiba sang ibu dan anak yang biasanya rukun kog tiba-tiba mengeluarkan ucapan yang kurang baik di dengar oleh tetangga. Tak kusangka, anak yang seusia SD ini sudah berani membentak ibunya. Ada apa ini? Apakah terlalu sering ia di-bully teman-temannya di sekolah? 
Sepertinya tidak. Karena, anak sulung kami cukup berani dan tak lembek jika berhadapan dengan anak-anak yang kurang baik meski laki-laki sekalipun.

Entahlah, saya cuma mengelus dada, kenapa anak yang biasanya baik-baik saja kog tiba-tiba sentimen dan marah-marah pada ibunya.

Saya yang kebetulan di dekatnya hanya bisa memberikan pesan padanya, "Nak, bagaimanapun ibumu tetaplah ibu. Jangan engkau membentak meskipun kadang kesel karena ibu sering marah-marah karena kebandelanmu. Meskipun engkau kecewa dengan ibu, ingatlah bahwa ketika masa mengandungmu selama sembilan bulan sepuluh hari ibu sudah sangat susah, capek dan lelah. Di tambah lagi ia tetap mengurus adikmu yang juga butuh disayang. Pernahkah kau tahu bahwa melahirkanmu ibu bertaruh antara hidup dan mati. Jika ibu selamat, bisa jadi engkau yang tiada. Atau sebaliknya, boleh jadi engkau yang selamat ibu yang akan tiada.

Mendengar pesan ayahnya, diapun tertegun, diam beribu bahasa. Terlihat penyesalan dalam dirinya. Dan alhamdulillah efek lingkungan yang merusak dapat kami batasi dengan bimbingan secukupnya.
Tapi selaku orang tua, saya tetap memaklumi bahwa anak-anak memang kejiwaannya masih labil. Apalagi kadangkala tanpa sepengetahuan saya ia menonton acara TV yang berisi pem-bully-an. Kata-kata penuh umpatan.

Pernah saya memberikan peringatan, jika suatu saat TV akan saya gadaikan daripada melihat tontonan yang tidak baik. Kadang saya berfikir apa lebih baik tak usah memiliki televisi jika akibatnya seperti ini. Masih bagus jika disaat menonton orang tua bisa mendampingi dan memberikan pencerahan, repotnya jika saat tak ada di rumah, dampaknya sangat berbahaya bagi pembentukan kepribadian mereka.

Begitupula ketika ibu memarahi anaknya, tentu ada sebab kesalahan yang dilakukan anak. Ibu merasa berhak memperingatkan dan memperbaiki kesalahan mumpung masih di usia dini. Tentu marah inipun dalam koridor kontrol diri dan tetap memegang prinsip psikologis anak.

Ibu tetaplah ibu, dalam keseharian kita acapkali sang ibu terlihat marah. Tentu karena anak-anak yang seringkali membandel. Membantah jika dimintai tolong dan tak mau mendengar jika diberikan saran yang baik. Kecewanya lagi jika apa yang dilakukan mereka tak berbuah manis. Minimal rasa syukur, pujian dan senyum kepada ibu mereka karena telah melakukan pekerjaan di rumah.

Memang, ibunya anak-anak lebih banyak di rumah, daripada mengurus pekerjaanya, karena ia sudah mewakilkan pada guru lain di sekolah. Sedangkan kerelaannya di rumah karena anak-anak lebih banyak membutuhkan perhatiannya.

Itu pula yang saya sampaikan, bahwa apalah artinya pekerjaan di luar dengan uang yang banyak, jika anak-anak terlantar. Kadang, orang tua yang sudah perhatian, mencurahkan kasih sayangnya sepenuh hati saja masih mendapatkan perlakuanyang kurang baik dari anak-anaknya. Apalagi jika sang ibu jarang sekali memperhatian perkembangan anak-anaknya. Tentu akibatnya dapat diduga, anak melawan dan bertindak kasar karena merasa kurang mendapatkan didikan dan kasih sayang.

Anak lebih banyak diasuh oleh pembantu (asisten rumah tangga) yang tentu tak kan sama dengan cara orang tua kadung dalam mengurus anak-anaknya.

Begitu pula akhir-akhir ini, para ibu sepertinya begitu dihargai dan dicintai ketika mereka masih muda dan tubuhnya masih kokoh untuk mencari rezeki. Tapi, tatkala para ibu ini sudah tua renta, mereka pun acapkali jadi bahan umpatan, celaan dan hinaan dari anak-anaknya. Dalam bahasa jawabanya, naliko wong tuwo sugih anak dadi rojo, nanging naliko anak seng sugih, wong tuwo dadi babu (ketika orang tua kaya, anak jadi raja, namun ketika anak yang kaya, orang tua menjadi budak). 

Kenyataan ini kerap terjadi, bahkan sepertinya saat ini banyak terjadi. Bahkan slogan gudel manut kebo berubah menjadi kebo manut gudel.

Meskipun adapula anak-anak yang masih menyayangi dan mengasuh orangtuanya yang renta dengan perhatian dan kasih sayang yang utuh. Mereka berusaha menjadi anak yang berbakti selagi orang tuanya masih diberikan panjang umur.

Orang tua saat ini, sepertinya menurut saja apa kata anak-anaknya. Meskipun apa yang dikehndaki sang anak tak patut dan dirasa tak layak untuk dilakukan. Apalagi urusan jodoh, orang tua tidak bisa berbuat banyak. Anak diberi tuntunan dan wejangan, justru orang tua dianggap cerewet dan sok tahu. 

Dampaknya banyak anak yang menikah tanpa restu orang tuanya. Tapi, manakala keluarga mereka kacau balau (tak bahagia), mereka berharap belas kasih orang tuanya.

Itulah potret dunia masa kini. Orang tua dianggap orang tua ketika bisa memberikan segalanya. Tapi ketika sudah berusia lanjut, kata-kata  mereka sama sekali tak didengar. Yang lebih menyakitkan lagi jika anak-anaknya mengatakan "jaman saiki ki wes bedo karo jaman mbiyen" (jaman sekarang sudah berbeda dari jaman dulu). Padahal tidak ada yang berubah dari jaman sekarang atau jaman yang telah lalu, hanya manusianyalah yang mengubah jaman menjadi aneh, rumit dan sulit. Segala yang awalnya baik-baik saja acapkali menjadi aneh. Bahkan dianggap ndusun dan ketinggalan jaman.

Dan lebih menyedihkan lagi, karena anak-anaknya sudah sukses, amat sedikit yang mau mengurus orang tuanya. Kebanyakan mereka ditempatkan di panti jompo. Orang tua yang dahulu mengandung, melahirkan dengan taruhan nyawa dan merawatnya menjadi orang yang berguna, ternyata di usia senjanya justru dalam kesepian. Mereka seperti sampah dalam kehidupan anak-anaknya. Na'udzubillah semoga penulis tidak termasuk anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Pada akhirnya, hanyalah anak-anak yang mengerti akan kewajibannya kepada orang tua yang bisa menjadi penolong dan pengasuh orang tuanya tatkala berusia senja.
Semoga kita semua bisa menjaga anak-anak kita dari pengaruh globalisasi informasi yang terlalu banyak dimensi yang merusak generasi muda.

Salam

Komentar