Ajarkan (Anti) Korupsi dari dalam Rumah


Korupsi lagi, korupsi lagi. Apa sih tulisan yang menarik selain bertemakan korupsi. Tentu, korupsi menjadi sensitive problem bagi bangsa ini. Selain itu, korupsi adalah kejahatan luar biasa yang terbilang cukup memuakkan bagi semua kalangan. Karena kejahatan ini sangat mengerikan jika tidak diputus mata rantainya.

Penulis menilai, kejahatan korupsi sama kejamnya dengan kejamnya dengan para pengedar narkoba yang telah dihukum mati. Maka amat pantas, jika pelaku kejahatan ini juga dihukumi yang sama. Tujuannya diharapkan secara perlahan tidak ada lagi "niat" untuk mengambil uang yang bukan haknya lantaran kerasnya sanksi yang diberikan.

Tapi, benarkah korupsi cukup dibahas di pertemuan-pertemuan ilmiah atau di lembaga pendidikan semata? Kayaknya sih tidak. Lantaran kejahatan korupsi diawali dari kebiasaan di dalam rumah dan di lingkungan sekolah. Contoh, jika orang tua korupsi waktu dengan anak-anaknya, atau sebaliknya anak yang sering korupsi waktu dengan orang tuanya, itu sudah menjadi bibit pembiasaan korupsi di dalam rumah. Itu baru korupsi waktu.

Belum lagi terkait uang belanja, jika istri atau suami yang jujur maka tidak ada hasrat dan niat untuk korupsi uang belanja, misalnya uang yang semestinya untuk membeli kebutuhan sekolah, eee malah digunakan untuk jalan-jalan ke mall. Hal ini tentu saja sudah berdampak kurang baik bagi pendidikan "kejujuran" di dalam rumah tangga.

Hasil gambar untuk paud ini berjuang dengan keringat dan keikhlasan gurunya
Begitu pula di institusi pendidikan, jika sang murid terbiasa mencontek, atau mengambil barang milik temannya tanpa teguran dan didikan dari gurunya, tentulah kejahatan kecil di sekolah ini menjadi akar persoalan yang besar di kemudian hari. Anak-anak sekolah mestinya dilatih dengan "tegas" tentang kejujuran. Kalau mencuri itu salah ya tetaplah salah dan harus mengakui kesalahannya. Kalau mencontek itu salah, ya harus mengakui dan tidak melakukannya untuk kedua kalinya. Jika itu dilakukan berulang kali mesti ada hukuman (sanksi) yang tegas dari sekolah atau gurunya.

Selain hukuman di sekolah, pengalaman saya diwaktu kecil orang tua sangat tegas terkait larangan untuk mengambil hak orang lain. Meski itu milik orang tuanya sendiri.

Suatu ketika, tiga puluh tahun yang lampau, saya mengambil uang 100 rupiah di atas pintu, dan saya belikan sebungkus kerupuk. Pada waktu itu kerupuk bisa dibeli hanya dengan uang 100 rupiah. Uang yang saat ini tidak laku jaman dulu sudah bisa dibelikan kerupuk. Saya dihukum dengan keras, telinga saya dijewer dan memperingatkan agar saya tidak melakukannya lagi.

Menjewer anak memang bukan pendidikan yang baik, tapi bentuk ketegasan orang tua bahwa perbuatan itu dilarang, meskipun uang yang diambil adalah milik orang tuanya. Begitu pula jika saya membawa sandal milik teman, maka tak segan-segan orang tua memarahi saya dan memerintahkan untuk mengembalikan kepada pemiliknya.

Pola ketegasan dalam rumah tangga ini akan menjadi bibit yang baik bagi penciptaan generasi muda yang jujur. Jujur tidak bisa dibentuk dengan instant tapi membutuhkan usaha yang maksimal dan optimal agar pencapaiannya sukses. Meski sebaik apapun manusia tidak ada yang benar-benar jujur lantaran terbatasi oleh kelemahan manusia yang mudah tergoda oleh hawa nafsu serakah.

Paling tidak, dimulai dari saat ini, anak-anak diajarkan untuk tidak mengambil yang bukan haknya. Semua mesti ijin dulu atau diperoleh dengan cara yang hak. Mendapatkan sesuatu dengan usaha akan lebih baik dari pada meminta. Namun meminta dengan jujur akan lebih baik jika harus mencuri.
Mencuri sekecil apapun akan berdampak pada efek yang lebih besar di kemudian hari. Mencuri uang 100 rupiah, menjadi pelajaran yang buruk di kemudian hari yang boleh jadi akan menjadi 100 juta atau 100 milyar.

Nilai uangnya memang kecil, tapi dampaknya amat buruk bagi perkembangan kepribadian anak.
Keluarga adalah pondasi utama pendidikan masyarakat selanjutnya. Tanpa dasar pendidikan dari keluarga yang baik, jangan berharap pendidikan di sekolah akan sukses. Mungkin di sekolah menyembunyikan kebohongan dengan mencontek, tapi lambat laun kebiasaan ini menjadi buruk bagi pertumbuhan generasi selanjutnya.

Coba saja Anda saat ini suka mencontek waktu ujian, pastilah akan sungkan dan malu jika harus mengingatkan anak muridnya untuk tidak mencontek bukan? Atau Anda akan sungkan atau malu jika mengatakan "nak jangan mencuri ya nak! tapi kita sudah terbiasa dengan mencuri uang rakyat.

Salam penuh damai
divine-music.info

divine-music.info



divine-music.info





Komentar