Mengasah Kepekaan Anak Dengan Berpuasa

Selamat datang bulan suci penuh berkah Ramadhan Karim (gambar: kabargue.com)

Alhamdulillah, hari ini sudah memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Bulan penuh barokah, rahmat dan ampunan ini. 

Bulan di mana di dalamnya orang-orang beriman diwajibkan berpuasa sebagai manifestasi atau perwujudan penghambaan secara totalitas. Dan harapannya dengan amaliah puasa itu, diharapkan setiap orang yang menjalankannya mendapatkan predikat takwa.

Sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT surat Al Baqoroh ayat 183:



Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Berpijak pada ayat inilah, setiap umat Islam diwajibkan menjalankan ajaran suci ini demi memperoleh kesempurnaan sebagai mukmin sejati sehingga kita bisa menjalankannya dengan totalitas dan keikhlasan tanpa merasa terbebani apalagi merasa menderita atas ujian kesabaran dalam lapar, haus serta segala macam larangan yang melingkupinya.

Sudah lebih setengah perjalanan semua pernak-pernik amaliah dilaksanakan demi merengkuh segenap keutamaan yang ada dalam bulan suci Ramadhan ini. Keutamaan yang tidak dapat diperoleh di bulan-bulan lainnya. Karena di dalamnya ada malam yang lebih utama dari seribu bulan yaitu malam lailatul qadar.

Bulan Ramadhan seperti yang tersimpul dalam keutamaan bulan ini adalah berfungsi sebagai bulan pembelajaran. Di mana setiap orang Islam dapat menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai proses pembelajaran terhadap fenomena alam dan masyarakat di sekitar kita. Tak hanya untuk orang-orang yang dewasa, karena anak-anakpun hakekatnya mendapatkan pelajaran agar memiliki kepekaan terhadap persoalan di sekitarnya.

Kepekaan terhadap kehidupan orang-orang di sekitarnya merupakan dimensi yang tak boleh diabaikan. Bagaimana sang anak bisa peduli terhadap kesulitan orang-orang tak mampu. Bahkan tak hanya orang tak mampu, lantaran di dalam bulan suci ini memberikan kesempatan untuk saling berbagi kepada semua kalangan. Bahkan tak hanya kepada sesama umat Islam, karena anjuran berbagi semestinya pun untuk semua penduduk bumi tanpa memandang warna kulit dan agama. Tentu saja harapannya dengan saling berbagi ini, terciptalah romantisme masyarakat yang menjunjung tinggi kebersamaan dan dengan niat semoga saja dengan langkah kecil itu menjadi ladang amal sekaligus media dakwah bagi orang-orang di sekitarnya.

Apalagi dalam Islam, dakwah hakekatnya tak hanya materi-materi ceramah di masjid atau mushola dan media massa seperti televisi dan radio, lantaran dakwah semestinya menyentuh persoalan riil yang ada di masyarakat. Menyumbang yang bisa disumbangkan meskipun sebutir kurma atau uang seribu rupiah merupakan wujud bukti kepekaan terhadap masyarakat di sekitarnya.

Dan semestinya, ketika dakwah bil qouli itu dijalankan, maka semestinya setelahnya dakwah bil fi'li (perbuatan) bun dilaksanakan agar kesempurnaan dakwah benar-benar tercermin dan dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh umat manusia, minimal orang-orang di sekitarnya.

Berpuasanya anak-anak, bukti bahwa Allah SWT mengajarkan mereka untuk peduli sesama

Dalam Islam, kewajiban berpuasa hakekatnya disandangkan hanya kepada orang-orang yang sudah dewasa, sehingga bagi anak-anak, puasa Ramadhan hanya sebagai bahan latihan agar mereka terbiasa menjalankannya ketika nanti usia mereka sudah memasuki masanya kewajiban ini dilaksanakan. 

Terlebih lagi, ibadah puasa menjadi bagian pendidikan kepada anak agar senantiasa bersikap sabar, jujur, peduli lingkungan dan tentunya mengajarkan tentang nilai kasih dan sayang kepada umat manusia.

Seperti halnya ketika keluarga kita memberikan semangkuk cendol atau kolak kepada tetangga, sang anak biasanya menanyakan untuk apa kog makanan itu diberikan sama tetangga? Tentu saja kita akan menjelaskan bahwa di bulan Ramadhan ini adalah saat terbaik untuk berbagi rezeki. Berbagi kebahagiaan dari sebagian rezeki yang diberikan Allah kepada kita. Meskipun berbuat baik tak hanya di bulan Ramadhan, tapi bagi pendidikan anak, tentu saja aktifitas terbaik dari orang tuanya akan menjadi teladan bagi anak-anaknya.

Apalagi dibulan Ramadhan ini, setiap ibadah yang kita laksanakan dilipatgandakan pahalanya di sisi Allah, sehingga menjadi motifasi positif bagi umat Islam dalam menunaikan ibadah mulia ini.

Oleh karena itu, secara tidak langsung, sang anak meskipun tidak diperintah, akan mengerti bahwa sebagai umat Islam semestinya saling mencintai dan menyayangi umat lain dengan berwujud memberikan hidangan sekedarnya. Tak hanya ketika kita mau memberikan sebagain kecil dari hidangan yang suguhkan tentu bisa juga ketika kita mengajarkan sedekah kepada orang yang tak punya agar anak-anak kita bisa menjadikan teladan dalam kehidupan mereka.

Ada banyak hal di bulan Ramadhan ini yang menjadi media untuk mengajarkan kepada mereka hakekat nilai ketakwaan ketika umat Islam berpuasa. Berpuasa tak hanya mampu menahan lapar dan haus belaka, tapi wujud nyata kepedulian kepada sesama adalah manifestasi nilai ketakwaan itu sendiri.

Tidak berbuka puasa dengan berlebih-lebihan mengajarkan kesederhanaan

Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa di saat bulan Ramadhan, kita tergoda dan tergiur dengan sederet kebutuhan, apalagi kebutuhan untuk berbuka puasa. Semeja hidangan biasanya dihidangkan dengan menu yang bervariasi. 

Kondisi ini, tentu saja menjadi pelajaran yang kurang baik bagi anak-anak muslim, tatkala agama mengajarkan tentang kesederhanaan, ternyata di antara kita justru mengajarkan pemborosan dan sikap berlebih-lebihan. Tentu saja  kebiasaan ini kurang bisa ditiru lantaran anak-anak membutuhkan teladan yang baik, seperti apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beliau menikmati tiga butir kurma saja demi mengganjal perut yang kosong setelah menunaikan puasa seharian.

Bagaimana dengan dengan kita? Apakah kita juga mengajarkan kesederhanaan kepada anak-anak kita? Atau justru sebaliknya kita justru mewariskan budaya pemborosan dan berlebih-lebihan demi memuaskan nafsu yang dikekang selama seharian.

Semoga saja, kita menjadi bagian dari orang tua yang senantiasa mengajarkan kesalehan kepada anak-anak kita. Tak hanya berbentuk ibadah wajibnya saja, melainkan wujud ibadah sunah dan ibadah sosial yang akan membawa mereka menjadi manusia-manusia berbudi pekerti luhur dan menjadi umat Islam yang mantap dalam memegang teguh agama ini.


Salam


Komentar