Bapak Marwoto, 25 Tahun Mengabdi, Kini Dapat Hasilnya

Beruntung sekali saya berkenalan dengan seorang bapak dengan dua orang anak ini. Seorang bapak yang saya temukan ketika hendak mengikuti upacara HUT RI ke-70 beberapa waktu lalu. Bapak Marwoto namanya, seorang PNS yang telah memiliki dua orang anak. Seorang pegawai yang saat usianya sudah kepala empat ini bertempat tinggal di Lampung Tengah.

Sejenak dalam perkenalan dan obrolan singkat kami, diceritakanlah bahwa beliau setahun lalu diangkat sebagai PNS di wilayah Kota Metro tepatnya di SMPN 1 Metro.
Bapak Marwoto, Staf TU SMPN 1 Metro


Meski hanya percakapan basa-basi, tapi dari pembicaraan tersebut, tersirat sebuah kesabaran yang beliau jalani cukup lama sebelum beliau sah menjadi PNS di dinas pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga. Bagaimana tidak, sejak beliau bekerja sebagai honorer tahun 1991 sebagai penjaga sekolah di sekolah tersebut, beliau tetap gigih berjuang dan bertahan dalam kesabaran mengabdi dalam institusi pendidikan yang sampai saat ini menjadi primadona di kota kecil ini.

Kala itu, kurang lebih 25 tahun yang lalu, beliau menjalani hari-hari sebagai honorer dengan gaji awal sebesar 30 ribu rupiah, kemudian selama masa pengabdian, akhirnya beliau menikmati gaji honorer sebesar 700 rb sampai beliau diangkat menjadi PNS. Dengan gaji yang tak seberapa dan tempat kerja yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya tentu bukan bersoalan gampang. Tak hanya berhadapan dengan lelahnya pekerjaan, karena perjalanan menuju dan pulang ke rumah juga tak mudah. Apalagi jalan-jalan di wilayah ini tidak semua bagus. Meski sudah banyak yang di aspal, tapi lubang menganga di sana-sini. Tentu saja pekerjaan itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Hanya orang-orang yang kuat mental dan fisik yang tak lemah yang siap menjalani hari-hari berat tersebut demi mengabdi sekaligus mencari penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Kadang saya membayangkan, kog bisa dengan gaji seuprit itu beliau mencukupi kehidupan rumah tangganya? Kalau bukan karena nikmat Tuhan, tentu sulit diterima logika.

Saya tidak dapat membandingkan dengan kehidupan saya sendiri, meski saya pernah menjalani honorer kurang lebih enam tahun, ternyata tak mudah juga menjalaninya. Apalagi jika dibandingkan dengan apa yang dialami oleh bapak Marwoto ini.

Meski dengan gaji yang teramat kecil ternyata tak memupus semangat beliau dalam membantu sekolah ini, meski hanya seorang penjaga sekolah, bukan berarti pekerjaan beliau bisa dianggap mudah lantaran keamanan sekolah dan warganya menjadi tanggung jawab beliau. Dalam hati saya salut, ternyata di antara para honorer termasuk saya sendiri yang pernah menjalaninya, ternyata ada yang lebih lama dan berat lagi tugasnya ketika saya berjumpa dengan beliau.

Bahkan, ketika saya teringat bagaimana saya pernah mengeluh lantaran saya honor hanya bermodalkan sepeda butut, saya mengayuh sepeda saya sejauh 5 km, tapi ternyata beliau justru lebih jauh lagi dan medan tugasnya juga tak mudah.

Kesabaran bapak Marwoto, Cermin bagi Honorer lain

Selain saya bandingkan dengan kehidupan saya sendiri ketika menjalani tugas saya sebagai honorer, ternyata masih ada saja honorer yang mengeluhkan nasib mereka. Setiap melakukan pembicaraan selalu saja curhatan terkait kapan masuk ke seleksi PNS dan kapan diangkat menjadi PNS adalah salah satu trend pembicaraan. Tak hanya di dunia nyata, karena di dunia maya-media sosial- seakan-akan menjadi hiasan yang tak kan lengkap jika status ini tidak terlontar.

Dalam hati saya kecut, kenapa para honorer saat ini selalu saja memperbincangkan kebijakan pengangkatan PNS bagi mereka. padahal ketiak saya telusuri, ada di antara mereka yang baru saja lima tahun mengabdi dengan honor yang saya yakin jauh lebih besar dari gaji pak Marwoto. Tapi honorer tersebut justru selalu menyampaikan keluhannya di medsos. Tanpa tedeng aleng-aleng mencela kebijakan pemerintah terkait pengangkatan honorer dan seakan-akan pemerintah telah salah kenapa mereka tak juga diangkat menjadi PNS.

Saya maklum, karena memang tak mudah jadi honorer. Lantaran saya sendiri mengalami pahit getirnya menjadi honorer dengan gaji 150 rb dengan menghidupi satu orang istri dan satu orang anak kala itu, bahkan ada sahabat saya yang dengan 300 rb menggantungkan hidup keluarganya dari dana BOS yang notabene teramat kecil. Padahal di antara mereka ada yang memiliki 3 atau 4 orang anak.

Tapi, sayang sekali, dengan gaji tak seberapa itu, mereka para honorer tidak mencari penghasilan lain yang bisa mencukupi kebutuhan harian selain honor yang tak seberapa. Ya misalnya bekerja atau membuat usaha sampingan yang lebih pasti daripada terlalu menggangtungkan diri pada honor tersebut.
Namun demikian, jika melihat begitu gigihnya bapak Marwoto ini, tentu para honorer akan malu dan paling tidak mawas diri, ternyata ada yang lebih sulit menghadi pekerjaan sebagai honorer dibandingkan diri mereka sendiri. Tak hanya menghujat kebijakan pemerintah, tapi harus menimbang situasi bahwa menjadi honor memang benar-benar mengabdi. Bekerja dengan menyumbangkan tenaga dan pemikiran bahkan biaya demi negeri yang tengah membangun ini.

Menjadi honorer, tidak semestinya patah arang

Tak mudah memang menjalani kehidupan sebagai honorer dengan gaji kecil, apalagi masa pengabdiannya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, ada yang hingga puluhan tahun bahkan dua puluh lima tahun dijalani demi ingin diangkat sebagai PNS. 

Seperti halnya bapak Marwoto yang sejatinya boleh jadi pernah merasakan getirnya menjadi honorer, dengan menjalani masa-masa sulit itu ternyata tak menyurtkan langkahnya demi mengabdi sebagai penjaga sekolah. Dan alhamdulillah di tahun 2014, beliau diangkat dan saat ini bekerja sebagai staf administrasi di sekolah yang selama ini beliau mengabdikan diri.

Selamat bekerja tuk bapak Marwoto, semoga dengan status sebagai PNS ini menjadikan Anda semakin bersemangat lagi, dan dapat menikmati jerih payah yang selama ini dikerahkan demi menjalani proses pengabdian yang cukup panjang.

Semoga saja, para honorer lain bisa belajar dari beliau dengan tetap bersemangat membangun negeri ini meski dengan ilmu dan tenaga yang tidak sedikit. Yakinlah bahwa usaha mereka mendapatkan balasan yang setimpal di hadapan Tuhan. amiin

Salam

divine-music.info

divine-music.info



divine-music.info





Komentar