Mengapa Kita Sering Dibenci Orang?



Dibenci adalah kontradiksi dari disukai, dicintai, dikagumi dan tentu saja karena dibenci adalah tidak diinginkan keberadaannya maka keberadaan kita tidak pernah dihargai. Tak hanya itu saja, siapa saja yang bernasip kurang baik ini, tentu kehidupannya akan banyak dicaci. Banyak orang yang tidak menginginkan keberadaan kita, walaupun keberadaan kita tidak mengganggu, tapi karena ada faktor tertentu, ternyata orang-orang di luar kehidupan kita akan selalu mencari masalah, berupaya sekeras-kerasnya bagaimana kita dibenci olehnya. Tak hanya olehnya secara pribadi, lantaran ia akan membawa orang lain turut serta membenci kita.

Nasib nasib, sedih ya jadi orang yang dibenci? 

Fenomena benci membenci, suka menyukai adalah fenomen alami dalam kehidupan sosial. Dalam satu tubuh saja ada banyak keinginan dan pemikiran, apalagi dalam banyak pribadi. Begitu pula ketika berhadapan dengan orang banyak, tentu kita secara tidak sengaja menemukan aneka pribadi yang unik. Sehingga keberadaan mereka seringkali justru menjadi pemicu keberhasilan. Meskipun demikian, lantaran beratnya tekanan dari luar, banyak juga sih yang terjerambab ke lembah kehancuran lantaran tak kuat menahan embargo, tekanan, intimidasi dan teror dari orang-orang yang membencinya.

Kenapa kita bisa dibenci? Apakah mesti karena kita jahat? Ooo tidak. Orang membenci belum tentu karena kejahatan kita. Sehingga jika ditelaah satu persatu, tentu ada beberapa karakter penyebab kita dibenci orang.

Pertama, kita adalah pribadi yang unik

Menjadi pribadi yang unik adalah sebuah anugerah, bahkan orang menyebutnya sebagai bonus atas ciptaan Tuhan atas makhluknya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang unik tentu akan berbeda dengan orang lain yang biasa-biasa saja. Pemilik kepribadian unik cenderung menonjol. Baik menonjolnya dari fisik maupun psikis (termasuk pemikiran). 

Boleh saya contohkan salah satu selebritis yang saat ini tengah naik daun, seperti Elly Sugigi, ia memiliki kepribadian yang unik, baik secara fisik yang unik (maaf giginya yang menonjol - tonggos), ternyata hatinya juga baik. Meskipun disakiti oleh beberapa laki-laki, ternyata ia pun tidak menaruh dendam. Laki-laki yang dekat dengannya sepertinya mencintainya dengan sepenuh hati, tapi kenyataannya hanya memanfaatkan uangnya. Tapi luar biasa, meskipun hakekatnya ia telah disakiti, kebaikan hatinya tak menghendaki dirinya membalas kejahatan orang-orang yang telah menyakitinya. Ada juga sosok menteri Susi, yang karena ketegasannya dan keberaniannya menumpas pencurian ikan, maka para pencuri itu memusuhi kebijakan ibu menteri. Wajar, orang yang baik dan benar biasanya memang dipenuhi oleh orang-orang yang tak sepaham.

Ada juga orang difable, tak jarang kita membenci mereka lantaran keunikan tubuhnya, tapi tanpa kita sadari, kita secara tidak sengaja mengagumi kekurangannya itu sebagai kelebihan. Tak sedikit orang yang memiliki keunikan fisik, justru memiliki kehidupan yang lebih baik dari kita. 

Di kantor misalnya, kita selalu merasa memiliki cukup pengalaman dan pengetahuan, jadi seakan-akan kita memang sudah menguasai segala-galanya. Maka tak jarang kita merasa paling tahu. Tapi apa yang terjadi jika orang yang baru memasuki wilayah kerja ternyata memiliki kelebihan? Tak sedikit kita yang justru khawatir atas eksistensinya. Bahkan saking khawatirnya kita sering berfikir "jangan-jangan nanti ia dipromosikan jabatannya." Atau "Jangan-jangan ia menggantikan kedudukan saya". Dan sederet pertanyaan yang absurd dan aneh tatkala menemukan orang yang memiliki kelebihan tertentu.

Orang-orang yang membenci ketika kita memiliki keunikan, niscaya orang tersebut akan mengalami kerugian. Rugi lantaran tak mendapatkan pengalaman baru yang belum pernah ia miliki.

Solusinya, tetaplah menjadi pribadi yang unik, tapi berusaha meyakinkan orang-orang yang membenci anda, bahwa anda adalah orang yang bisa diajak kerjasama. Orang yang selalu bisa menjadi teman terbaik meskipun memiliki banyak keunikan.

Kedua, Kita Mudah Bergaul

Tak jarang sesama teman saling memusuhi lantaran kita merasa tersaingi dalam persahabatan. Tak hanya dalam persahabatan dalam dunia kerja pun acapkali menemukan sosok pribadi yang merasa minder lantaran kita lebih mudah mendapatkan teman. Kolega dan teman kerja yang tak sedikit turut memicu kecemburuan pada seseorang. Tak hanya pada hal-hal yang bersifat umum, pada hal yang bersifat pribadi pun seringkali menjadi pemicu awal kita dibenci.

Seperti juga pengalaman saya, kadang saya begitu mudah bergaul, saya memiliki banyak teman, komunikasi dimana-mana ada, sehingga saya merasa memiliki banyak keluarga. Tapi sayang sekali, keberadaan saya yang mudah bergaul itu justru mengundang kebencian. Ia merasa tersaingi dan menganggap kita akan melupakan dirinya. Padahal tidak ada niat sedikitpun akan melupakan persahabatan meskipun akan ada banyak teman di sisi saya.

Tapi itulah faktanya, ketika kita mudah bersosialisasi, ternyata mengundang kecemburuan dari pihak lain. Walaupun kebencian itu hakekatnya tidak beralasan.

Solusi saya, persahabatan semakin dibuat intens, jangan gara-gara memiliki banyak teman lain, kita melupakan teman lama yang hakekatnya sosok terdekat dengan kita.

Ketiga, Karakter mereka yang pembenci

Dibenci orang boleh jadi sebenarnya bukan karena kita memiliki kelebihan di sana-sini, tapi diawali dari sikap negatif orang tersebut yang memang sudah terbentuk sedari kecil. Saya mengatakan sedari kecil, karena ada di antara kita yang justru menjadi sumber penyakit hati ini. Orang tua seringkali tak sadar diri mengajarkan kebencian kepada orang lain. Satu contoh, kita boleh jadi pernah mengatakan "tuh nak, orang itu jelek banget ya? bajunya kumuh. Iih jijik lihat orang itu ya?. Spontan sang anak mengatakan "Iya mah, jijik melihat orang itu." Coba, kalau setiap hari kita hiasi kepribadian anak kita dengan kata-kata negatif ini, bukan tidak mungkin di usia dewasanya kepribadian mereka terbentuk menjadi pribadi pembenci. Sedikit-sedikit jijik, sedikit-sedikit kesel, bahkan ada pula yang disebut dengan "jutex" yaitu nggak suka lihat orang lain seneng.

Kepribadian orang semacam ini terang saja tidak pernah merasa tentram. Dalam kehidupannya selalu dipenuhi permusuhan dan kebencian. Bahkan pernah almarhum KH. Zainuddin MZ seorang mubaligh yang dipanggil da'i sejuta umat ini mengatakan orang yang dengki itu ketika melihat orang beli sepeda, mereka sakit, ketika melihat orang beli motor, ia diopname. Dan ketika melihat orang lain beli mobil ia pun meninggal.
Walah, ada-ada saja ya karakter orang di dunia ini.

Bagaimana kita mesti bersikap? Soo cuek saja, tapi berusaha mendekati dan menjadikan mereka sebagai teman. Tak usah diambil hati meskipun mereka membenci. Syukur2 didoakan agar Allah memberikan rahmat untuk mereka sehingga hatinya dilapangkan.

Keempat, Karena kita suka membuat masalah

Faktor lain kenapa kita senantiasa dibenci salah satunya karena kita hobi membuat masalah. Masih baik jika masalah yang kita buat tidak berimbas pada orang lain. Lah, kalau ternyata orang lain menjadi korban tentu lain ceritanya. Orang membenci kita karena sikap kita yang suka membuat mereka jengkel. Suka mengganggu, usil dan sering membuat onar. Keisengan dan keonaran itu yang lebih parah lagi justru mencelakakan korbannya.

Jika orang lain membenci, tentu faktor ini pemicunya. Jangan salahkan mereka yang membenci lantaran semua diawali dari diri sendiri. Solusinya, mulailah menjadi diri sendiri, tak usah memancing persoalan dan memperkeruh suasana. Menempatkan diri sebagai mahluk bermasyarakat yang senantiasa saling menjaga toleransi antar sesama.

Kata teman-temanku sih katanya benci itu benar-benar cinta, buktinya semakin ia membenci kita hakekatnya ia sangat mencintai kita, tapi gengsi untuk mengakuinya....Enggan mengakui karena merasa mempunyai kelebihan dibanding kita.

Salam

Metro, Lampung, 28-9-2015

Artikel ini pernah ditulis di Kompasiana.com


Komentar