Astaghfirullah, Sampai Kapan Kita Benci Presiden?


Janganlah jadi penghasut, pendengki dan pemfitnah, jika tak ingin seluruh kebaikan yg diperbuat akan lenyap seketika laksana kayu terbakar api




Tiba-tiba saya tertarik dengan status dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, akun ini adalah akun resmi milik Kementerian yang mengurus bidang  pendidikan di negeri ini. Di mana status tersebut menceritakan bahwa Presiden Jokowi mengundang guru-guru SMP dan SMA untuk hadir ke istana. Presiden mengundang para guru beliau sebagai bagian penghormatan kepada sosok guru yang pernah berjasa mendidik sang Presiden hingga beliau tumbuh menjadi pemimpin di negeri ini. Undangan tersebut adalah puncak acara Peringatan Hari Guru Nasional yang digelar tanggal 24 November 2015.

Statusnya kurang lebih seperti ini:

“Kisah Guru Presiden Jokowi Saat Diundang Makan Siang di Istana
Puncak Peringatan Hari Guru Nasional, yang digelar pada 24 November 2015, menjadi hari yang istimewa bagi sebelas guru yang datang dari Solo. Mereka adalah guru-guru dari Presiden Joko Widodo saat duduk di bangku SMP dan SMA. Ke-11 guru itu diundang secara khusus ke Istora Senayan untuk menghadiri Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2015. Presiden bahkan mengistimewakan guru-gurunya itu dengan mengundang mereka dalam jamuan makan siang di Istana Negara.” Lebih lengkapnya silakan dibuka di Akun facebook Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. disini, atau disini

Sejenak saya membaca status itu tidak ada yang salah, tapi yang salah atau keliru mencerna lebih tepatnya adalah sebuah komentar yang ditulis oleh Romli Ali Aan. Beliau mengomentari status Kemendikbud RI dengan pernyataan begini:

“kasian guru SD nya di LUPAKAN”

Komentar itu sepertinya biasa-biasa saja, lantaran boleh jadi pak Romli ini hanya menanyakan kenapa guru SD nya tidak diundang juga. Namun sayang sekali redaksi komentar yang ditulis pak Romli cukup menyentak guru-guru lain yang juga berkomentar. Dengan kata di LUPAKAN dengan huruf besar, tentu ada point tersendiri yang cenderung sarkasme, atau kasar.

Karena komentar kasar itu, akhirnya para pengguna facebook pun berkomentar beragam:

Margareta Lestari Bkn berarti di lupakan keles. iri aje lu
Romli Ali Aan bkn iri ... Knpa gk diUNDANG jg ... ? Lagian gk masalah bagi aku ...
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Guru SDnya banyak yg sudah tua dan tidak kuat pergi ke Jakarta. Bahkan ada yg sudah meninggal.
Margareta Lestari Noh BACAAAAAAA huehehehe
Romli Ali Aan pdhal jnjg SD ke SMP hx 3 thn ...
Margareta Lestari Aduh kamu ga percayaan bgt sih. Kamu ajalah yg jadi presiden huehehehe
Risky Setiawan guru sd saya juga sdh ada yg meninggal 3thn yg lalu, padahal usia saya 21 apalagi dengan guru pak jokowi yg udah selama itu.
dst... 

Meski guru-guru dan pengguna facebook lain mencibir apa yang dikatakan pak Romli tersebut, ternyata pihak admin dari akun Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI  tersebut menjawab dengan jelas:

“Guru SDnya banyak yg sudah tua dan tidak kuat pergi ke Jakarta. Bahkan ada yg sudah meninggal.”

Tampaklah komentar atau jawaban atas pertanyaan Pak Romli tersebut sudah jelas dan tak perlu diperdebatkan apalagi munculnya syuudzon.  Syuudzun yang muncul seakan-akan Pak Romli menganggap Presiden Jokowi tidak mengundang para guru SD beliau, dengan alasan telah melupakan. Padahal dari jawaban Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI itu jelas sekali bahwa para guru SD sudah diundang namun karena kondisi usia yang boleh jadi sudah renta, bahkan ada yang sudah meninggal dunia, maka sudah tidak mungkin lagi bertandang ke Istana demi memenuhi undangan sang Presiden sekaligus siswanya dahulu.

Dari pernyataan Kementerian sudah jelas dan tak perlu menjadi silang pendapat, lantaran jika diperpanjang justru niat awal ingin berbagi informasi, justru menjadi ajang saling menghujat. Pak Romli justru seperti “emoh” mengakui bahwa sebenarnya beliau sudah mengerti bahwa guru-guru yang tidak hadir ke istana lantaran sudah sepuh, tapi karena faktor X yang disebabkan persoalan kekalahan pasca Pilpres, ternyata membuat emosi Pak Romli semakin terlihat.

Dengan semangat menggebu-gebu berusaha menjatuhkan wibawa Presiden, tapi secara kurang jantan beliau tidak mau mengakui bahwa apa yang dijelaskan oleh admin tersebut sudah cukup jelas.

Akibat ketidaterimaan dari Pak Romli Ali Aan tersebut, hampir semua komentator menganggap pak Romli sakit hati, lantaran kekecewaan beliau pasca Pilpres 2014 lalu.

Kenapa kita terbiasa melecehkan Presiden di media sosial?

Pembaca budiman tentu saja sudah tahu, bahwa komentar-komentar dan status di media sosial semestinya dijaga dan disaring dahulu sebelum di enter hingga menjadi status dan komentar yang menghebohkan.

Dari komentar miring yang saya baca di beberapa komentar teman facebook, terlihat sekali bahwa kondisi emosi mereka kurang begitu sehat lantaran menunjukkan kebencian kepada pemimpinnya hingga berlarut-larut. Bahkan saking bencinya, karena gelap mata, ketika ada orang asing yang ikut menambahi komentar panas, mereka pun menjadi gelap mata. Tak sadar rakyat ini telah diadudomba oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Cukup sudah kebencian kepada Presiden, karena beliau ada pilihan rakyat. Seandainya tidak suka dengan aktivitas apapun yang dilakukan oleh presiden, datanglah ke istana, sampaikan keluhan dan aduan yang tentu saja akan diterima sebagai masukan yang berharga.

Apalagi kita memahami, bahwa siapun yang menjadi pemimpin, mau tidak mau adalah pemimpin rakyat yang harus dihormati. Sama pentingnya kehormatan diri kita di hadapan orang lain.
Yang menjadi catatan di sini adalah, hakekatnya menjadi orang baik akan selalu banyak yang tidak suka, apalagi menjadi orang jahat. Apalagi di dunia ini penuh dengan orang-orang pendengki yang setiap hari mengumbar kebencian kepada pihak-pihak yang tidak disukai.


Salam



Baca juga ya mas brooo

http://www.kompasiana.com/maliamiruddin/mimpi-lampung-yang-damai_5660c80ea123bd140eea2b27

Komentar