Bisakah Anak Tuna Daksa Belajar Mengaji?



Anak Tuna Daksa Belajar Mengaji?

Belajar menghafal Al-Qur'an hakekatnya bukan perkara yang mudah, karena menghafal Al-Qur'an membutuhkan kemampuan intelegensi yang baik dan tentu saja dilakukan dengan ketekunan agar Allah memberikan kekuatan dan kemampuan menghafal ayat-ayat tersebut. Meskipun sulit, ternyata banyak anak-anak saat ini yang mampu menghafalnya dengan baik. Tentu saja karena Al-Qur'an adalah Firman Allah SWT, maka Allah jugalah yang akan memberikan pertolongannya.

Seperti apa yang dilakukan oleh Tadjie, anak tuna daksa yang saat ini tengah mengenyam pendidikan di SLBN Metro merupakan salah satu dari sekian ribu siswa yang mengalami kelemahan fisik, mengalami kekurangan fisik sejak lahir yang secara tidak langsung turut menghambat mobilitas dan kemampuannya dalam belajar. Meskipun demikian, tidak ada alasan bagi Tadjie untuk menyerah pada keadaan. Ia lalui segala ujian dari Allah ini dengan tetap belajar dan menjalani kehidupannya dengan apa adanya.

Tadjie menurut hasil assesment sekolah memiliki kelemahan dalam motoriknya, baik motorik halus maupun kasar yang secara tidak langsung menghambat mobilitasnya dalam belajar. Selain itu, karena kesulitan memfokuskan penglihatan, ia pun sulit menerima pelajaran yang harus diperoleh dengan melihat atau membaca. Jadi kebanyakan aktivitas belajarnya dengan mendengar berulang kali dan kemudian ia menghapalnya berulang-ulang hingga hafal. Tidak mudah sih, tapi itu adalah jalannya untuk bisa belajar.

Prinsipnya, biarlah tubuh memiliki kekurangan, tapi semangat untuk belajar jangan sampai goyah. Apalagi begitu banyak tokoh dunia yang mengalami kekurangan fisik yang begitu berjasa bagi negara dan ilmu pengetahuan, Tokoh Abdurrahman Wahid, meski memiliki kelemahan dalam penglihatan ternyata menjadi tokoh terkenal dan pernah menjadi Presiden di Indonesia, Presiden ke-4 yang juga telah sukses menunjukkan jati diri bahwa anak-anak berkebutuhan khusus pun bisa seperti beliau.

Stephen Hawking, salah satu tokoh fisikawan terkemuka di abad ini adalah sosok yang memiliki kekurangan fisik. Ia tidak pernah menyerah untuk bisa menjadi ilmuan terkenal dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Tuna daksa yang tanpa kemampuan menggerakkan fisik ternyata mengangkat dirinya menjadi sosok yang disegani oleh para ilmuan di abad ini.

Hellen Keller, perempuan satu ini selalu diingat dan menjadi sejarah penting. Dia merupakan perempuan yang luar biasa karena dengan keterbatasannya mampu meraih kejayaan seperti manusia normal. Hellen merupakan seorang penulis Amerika, aktivis politik dan juga dosen. Dia seorang tuna netra dan tuna rungu pertama yang mendapatkan gelar sarjana seni. Kisah tentang guru Helen, Annie Sullivan, berhasil menerobos isolasi yang dikarenakan kekurangan bahasa Helen hingga membuat Keller mampu berkembang dan berkomunikasi. (tempo.co)

Begitu juga Albert Einstein yang juga adalah seorang ahli fisika (fisikawan terkemuka) di abad 20 yang menemukan teori relativitas dahulu adalah anak yang dianggap bodoh dan tidak mampu menerima pelajaran. Serta beberapa tokoh lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Yang pasti, anak-anak seperti ini bukanlah aib yang harus disembunyikan. Mereka adalah insan yang diberikan kelebihan yang semestinya digali dan dikembangkan demi kehidupan mereka selanjutnya.


Komentar