Lomba FIKSI PKLK 2016, Ketika Kerja Keras Saja Tidak Cukup


Foto Stand Provinsi Lampung (2016)

Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu kontingen dari Provinsi Lampung telah menyelesaikan perhelatan akbar yaitu Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI)  yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK).

Acara bertaraf nasional yang dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang membawahi pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus ini diselenggarakan 21 s.d. 25 September 2016 di Taman Merdeka Bandung.

Perhelatan akbar yang sejatinya juga mempunyai mimpi atau hajat besar dalam rangka menyerap ide-ide cemerlang dari para kepala sekolah, guru maupun siswa di level Dikdas sampai Dikmen tentu harapannya apa yang menjadi tujuannya bisa tercapai.

Semua kontingen atau peserta lomba (festival) hakekatnya mewakili daerahnya yang juga mewakili institusi di mana mereka bekerja. Yang pada akhirnya keberhasilan dalam kegiatan menjadi target utama, plus meraih nilai terbaik yang akan membawa setiap peserta menjadi juaranya.

Bangga ya menjadi pemenang. Kebanggaan yang tidak bisa dinilai dengan uang, karena nama daerahnya dipanggil dan diberikan penghargaan sebagai salah satu kontingen daerah yang berprestasi.

Bagi yang bisa meraih kemenangan, tentu segala rasa tertumpah. Ada kekaguman dan kepuasan batin jika ajang bertemunya para kepala sekolah, guru dan siswa dari lembaga pendidikan khusus ini menghasilkan trofi kemenangan. Meskipun trofi kemenangan bukanlah satu-satunya tujuan diadakan event besar itu. Karena point penting dari event itu adalah memperoleh kepala sekolah, guru dan siswa yang bermental pemimpin, inovator dan wirausahawan mandiri.

Mendapatkan trofi kemenangan saja sudah bangga, apalagi mendapatkan hadiah uang yang lumayan besar untuk pembinaan. Tentu semua itu menjadi mimpi yang pasti berusaha untuk diraih dari masing-masing peserta yang mewakili daerahnya ini.  Meskipun ternyata menuju tangga puncak kemengan itu adalah sebuah kehormatan, ternyata untuk menggapai kemenangan besar itu butuh sesuatu yang mesti diperjuangkan, antara lain:


Salah satu penampakan stand provinsi Lampung (2016)


1. Ide (gagasan)

Ide atau gagasan hakekatnya menjadi unsur penting yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab, dengan ide yang dikeluarkan maka produk yang dihasilkan akan layak diperjuangkan dan layak untuk diberikan penghargaan. Ide yang muncul tentu saja mesti berbeda, unik, menarik dan tentu saja mesti bernilai jual.

Sebagaimana perhelatan akbar Festifal Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) 2016 memiliki tujuan mencari ide-ide baru yang layak untuk diapresiasi. Tidak menjiplak atau mencontek karya orang lain merupakan unsur penting agar produk yang dihasilkan bisa dihargai.

Namun demikian, tidak mudah memunculkan ide yang benar-benar murni pemikiran pribadi atau kelompok, karena semua berawal dari pengamatan dari berbagai lini kehidupan. Meski tidak semuanya dianggap menjiplak, paling tidak ada salah satu keunikan yang berbeda dari produk yang ada sebelumnya.

2. Modal

Ide merupakan pondasi pokok sebuah kegiatan, tapi ide saja tidak akan bisa terlaksana tanpa modal. Modal bisa berbentuk uang, barang, tenaga  maupun pengetahuan. Uang atau barang sudah pasti menjadi barang wajib ketika hendak mengikuti hajat yang besar itu. Dan kebetulan pemerintah sudah menggelontorkan sejumlah uang agar produk yang dihasilkan baik sistem manajemen, kewirausahaan dan produk bisa dijalankan sesuai harapan. Dalam artian, tidak ada yang bisa berjalan tanpa diawali dengan modal. Minimal modal awal agar para peserta itu bisa membuat produk yang layak.

Tenaga dan pengetahuan yang cukup ternyata menjadi hal yang wajib agar event besar tersebut benar-benar sukses sesuai yang diharapkan.

Memiliki modal berupa uang saja tidak cukup, ketika barang yang ingin dihasilkan tidak memenuhi syarat, tentu hasilnya akan kurang memuaskan. Begitu pula memiliki uang dan barang pun tidak cukup jika tenaga dan pengetahuan kurang memenuhi syarat karena semua saling berkaitan.

3. Team yang Solid

Team atau sekelompok orang yang bekerja bersama-sama menyelesaikan ide atau gagasan itu menjadi produk yang layak. Team hakekatnya harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya soliditas. Memiliki team yang tidak solid menjadi awal kegagalan mewujudkan sebuah ide.

Banyak penulis buku terkemuka yang membahas tentang team work  menyatakan bahwa team work yang solid menjadi awal kesuksesan pekerjaan. Terang sekali, karena dengan team kerja yang solid segala persoalan dalam team bisa diselesaikan dengan baik. Jangan bekerja seolah-olah penjual bakso, dia membuat sendiri, menjual sendiri dan mengolah uang sendiri. Tapi bagaimana menempatkan orang-orang dalam team tersebut agar dapat bekerja secara baik.

4. Ketekunan

Mudah sekali kita melihat bagaimana seorang peserta bisa meraih kesuksesan. Seperti yang diperoleh peserta FIKSI 2016 tersebut. Mereka menjadi team yang solid, dari siswa, guru, kepala sekolah, pihak dinas terkait, penyelenggara dan pemerintah sendiri menjadi bagian suksesnya acara. Solid saja belum cukup jika semua elemen dalam perlombaan itu tidak melakukannya dengan tekun.

Tidak mungkin kemenangan akan diraih jika pihak peserta dengan dinas tidak berkolaborasi dengan baik. Seperti misalnya masing-masing menyerahkan sepenuhnya urusan tanpa terlibat secara aktif, yang hasilnya juga akan kurang memuaskan.

Semua bagian team dan elemen lain bekerja sesuai dengan target yang diharapkan, maka mimpi menjadi juara akan lebih menjanjikan.

5. Kejujuran

Kejujuran merupakan bagian terpenting dari sebuah kesuksesan. Membuat produk yang benar-benar karya team atau pribadi menjadi contoh betapa kejujuran itu dibutuhkan. Bisa saja seorang peserta lomba ternyata menjiplak karya orang lain, jadi produknya bukan murni buatan sendiri tapi semata-mata mengadobsi yang sudah ada. Dan boleh jadi ini banyak terjadi dalam setiap even perlombaan. Seolah-olah produk itu baru padahal meniru karya orang lain.

Tindakan meniru karya orang lain hakekatnya tindak kecurangan yang tidak dibenarkan dalam sebuah perlombaan.

Selain kejujuran dari team dan peserta lainnya, ternyata kejujuran juga berlaku pada panitia dan juri. Panitia dan juri seharusnya tidak bersikap seolah-olah tebang pilih atau diskriminatif. Mereka tidak melihat karya peserta dari penampilan luarnya saja, tapi ide yang dimunculkan. Selain perlunya sikap obyektifitas menjadi salah satu unsur terpenting agar sebuah lomba menjadi lebih bermartabat.

Nilai martabat sebuah lomba akan menjadi hancur manakala ada pihak-pihak yang tidak bersikap jujur. Apalagi semuanya berdampak pada produk yang dihasilkan dan pendidikan pekerti bagi para siswanya.

6. Bernilai 

Lomba semestinya tidak sekedar usaha untuk menghabiskan anggaran negara, tapi lebih dari itu sebuah hajat yang bernilai bagi kehidupan semua orang, khususnya bagi pemerintah, dinas terkait, sekolah, guru dan siswanya. Karena mereka akan terdampak lomba tersebut.

Melombakan sebuah produk semestinya juga bisa bernilai jual di masyarakat. Produk itu bisa diserap dari semua kalangan dengan estetika yang menarik. Bisa diserap kalangan bawah karena memang terjangkau dan bisa diterima kalangan menengah atas karena memang produk itu layak untuk dibeli dan hasilnya memuaskan.

7. Kontinuitas

Even apapun apalagi lomba sepertinya hanya sebagai kegiatan rutin jika tidak ada aspek kontinuitas. Keberlanjutan mewujudkan gagasan hingga menjadi karya yang bermanfaat kemudian hari tentulah tidak mudah. Apalagi berkaitan dengan anak-anak berkebutuhan khusus tentulah harapannya semua kegiatan lomba manajemen kepala sekolah, kewirausahaan dan inovasi produk akan melekat erat pada kehidupan siswa-siswanya.

Bagaimana kelanjutan dari proses meraih kemenangan itu yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi kehidupan mereka sepanjang hayatnya. Lomba bukan hanya persoalan menang atau kalah, tapi bagaimana para anak berkebutuhan khusus itu bisa mandiri, mengkaryakan diri sendiri menjadi insan yang bisa mencukupi kebutuhannya sendiri dengan usaha yang bisa lakukan secara mandiri pula.

Event FIKSI PKLK 2016 sudah berakhir. Meskipun belum bisa memenuhi harapan sebagai pemenang paling tidak sebagai pelajaran berharga bahwa banyak hal yang mesti diperjuangkan agar event yang bernilai itu bisa meraih kesuksesan. Tak hanya menjadi pemenang, tetapi benar-benar bernilai dan memiliki martabat yang tinggi bagi kelangsungan program pendidikan, latihan dan pembinaan bagi siswa-siswa berkebutuhan khusus.

Tahun ini belum menjadi pemenang, mudah-mudahan di tahun berikutnya bisa menjadi pemenang dan membawa trofi kemenangan yang hendak dipersembahkan kepada daerah Lampung, Sekolah dan anak-anak berkebutuhan khusus tentunya.

Salam

Komentar