Gambar : Singkong salah satu kekayaan nusantara mesti dilestarikan (www.gen22.net) |
Sebagaimana tulisan saya terdahulu, bahwa singkong merupakan salah satu bahan makanan yang bisa diolah sebagai pengganti beras. Di saat beras lumayan mahal karena harus mengimport dari luar negeri, keberadaan singkong menjadi sangat penting. Apalagi saat ini, dimana tanah-tanah persawahan mulai menyempit, maka dampaknya untuk memenuhi kebutuhan beras akan sulit dilakukan. Meskipun pemerintah berusaha mencapai swasembada beras tapi melihat stok beras nasional yang selalu kurang, menunjukkan bahwa saat ini keberadaan singkong tidak boleh diabaikan.
Terbukti meskipun dalam keadaan panen raya, ternyata beras-beras import selalu saja memenuhi toko-toko sembako di negeri ini. Kondisi ini tentu menjadi alasan mengapa keberadaan singkong mesti diperhatikan lagi. Menjadikan singkong bukan hanya produk pengganti, karena bisa menjadi bahan makanan pokok yang amat baik bagi kesehatan.
Singkong adalah produk istimewa yang sejauh ini diabaikan begitu saja. Kita lebih memilih beras lantaran dianggap lebih baik. Padahal dilihat dari kandungan gizinya, singkong dan beras tidak seberapa jauh perbedaannya. Kedua bahan tersebut mengandung karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh. Dan sayangnya masyarakat kita sudah kadung menganggap padi lebih baik dari singkong. Stigma yang salah yang semestinya tidak terjadi.
Dengan kata lain seolah-oleh kalau menghidangkan singkong di meja dianggap sebagai kelas bawah, padahal tidak ada kelas-kelasan dalam sebuah makanan. Kecuali nilai gizi atau penampilan yang ada.
Boleh jadi masyarakat saat ini cenderung menilai makanan dari penampilan semata, misalnya ketika disodori dua makanan, pertama singkong rebus dengan roti, masyarakat kita biasanya memilih roti. Padahal boleh jadi roti mengandung senyawa yang kurang baik. Seperti pengawet, pewarna dan pemanis buatan. Sedangkan singkong rebus, murni tidak menggunakan bahan pengawet, hanya ditambah dengan garam sebagai penambah rasa agar tidak terlalu hambar.
Beberapa hal inilah sejatinya yang memicu masyarakat menghindar dari makanan tradisional. Makanan tradisional amat baik untuk kesehatan tapi ditinggalkan karena mengikuti trend dan penampilan semata. Dan yang lebih naif lagi ternyata masyarakat selalu membandingkan dengan produk luar negeri yang kadang tidak tahu kandungan gizinya. Bahkan ada pula yang lebih ekstrim memberikan penilaian secara membabi buta, seperti kalau dari luar negeri sudah pasti bagus. Serta membandingkan makanan dengan harga yang ditawarkan.
Terkait harga juga menjadi fenomena aneh, satu gelas teh di buat sendiri seringkali dianggap tidak layak dibandingkan teh yang dibuat di restoran dengan harga yang jauh lebih mahal. Padahal semua teh adalah sama, justru teh buatan sendiri lebih sehat karena kita bisa mengontrol kebutuhan tubuh kita.
Adapun kandungan gizi singkong tidak bisa dianggap remeh, selain mengandung karbohidrat sebagai unsur utama, singkong mengandung protein, lemak, zat besi, vitamin B1, fosfor, kalsium, vitamin C dan bahan lain yang ada di dalamnmya. Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar di bawah ini:
Sumber : singkongday.wordpress.com |
Beberapa hal di atas bisa menjadi alasan mengapa beberapa olahan singkong perlu dilestarikan. Singkong adalah kekayaan yang akan tetap ada jika masyarakat membudidayakannya. Dan tentu nilainya akan lebih berharga.
Adapun olahan singkong yang perlu dilestarikan adalah:
1. Getuk
Getuh merupakan olahan dari singkong yang lezat. Dengan pengolahan yang mudah, singkong bisa lebih bernilai dan layak dihidangkan di meja makan atau meja tamu. Tak hanya dihidangkan di rumah sendiri, karena getuk juga menjadi jajanan pasar. Sayangnya getuk belum bisa merambah pasar modern seperti swalan. Jika ada mungkin amat terbatas penjualannya.
Gambar: Getuk (startravelinternational.com) |
Olahan ketika digigit rasanya pulen dan manis dan bisa dikombinasi dengan bahan lain misalnya coklat, tentu getuk menjadi olahan singkong yang lebih baik. Agar rasa manis tidak berlebihan, tentu pemberian gula disesuaikan dengan kebutuhan. Dan tentu saja pewarnaan dengan warna yang aman menjadikan getuk memancing rasa lapar bagi yang melihatnya.
Saat ini keberadaan getuk sedikitnya mulai tergerus oleh zaman, masyarakat kita lebih menyukai makanan import seperti donat, dan roti dibandingkan makanan asli Indonesia ini.
Terang saja, karena semakin sedikit yang menikmati, maka penjual getuk semakin sulit dicari. Padahal sebagai kekayaan kuliner negeri ini, jangan sampai kekayaan yang berlimpah ini hilang karena produk-produk luar negeri.
Pengolahan yang lebih modern dan pengemasan yang baik akan meningkatkan penjualan getuk.
2. Kelanting
Jaman dulu, kelanting menjadi primadona muda-mudi ketika mereka bercengkrama. Rasa yang gurih dan sensasi gigitan klanting menjadikan klanting laris dipasaran.Saat ini klanting semakin variatif, karena bisa dikombinasi dengan keju atau coklat dengan harga yang sesuai maka klanting akan tetap lestari.
Meskipun demikian, faktor gengsi membuat klanting semakin ditinggalkan dan lebih memilih produk import.
Klanting dengan rasa yang gurih (www.doyankuliner.com) |
3. Kripik
Beruntung kripik saat ini menjadi semakin modern. Tidak sulit kita menemukan keripik singkong dengan aneka rasa dijajakan di swalayan, tentu dengan merek yang lebih modern. Dengan penampilan bungkus dan rasa yang beraneka itu keberadaan kripik singkong tetap terjaga keberadaannya.
Kripik dengan rasa pedas menggugah selera (Selbyfood.blogspot.com) |
Kripik adalah kuliner nusantara yang jangan tergerus jaman. Jaman boleh berubah, tapi keripik semestinya tetap abadi di dada penghuni bangsa ini.
4. Sawut
Sawut adalah olahan tradisional dari singkong, jenis singkong yang dipilih tentu singkong yang tidak mengandung racun. Ada beberapa singkong yang beracun yang dalam pemafaatannya perlu berhati-hati dan tepat. Jenis singkong yang mengandung racun seperti N-30, Pandesi dan lain-lain. Jenis singkong ini memang dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan industri besar.
Sawut dihidangkan dengan cara yang lebih menarik (resepmasakanlengkap.blogspot.com) |
Untuk membuat sawut tidak sulit, ambil singkong yang manis dan tidak beracun, dikupas, dicuci hingga bersih, diparut memakai parutan khusus sawut. Setelah diparut dikukus hingga matang. Dalam mengukus bisa ditambahkan gula dan parutan kelapa agar lebih nikmat.
5. Krupuk singkong
Tidak sulit kita menemukan krupuk singkong. Biasanya konsumen membeli kerupuk jenis ini untuk dihidangkan dalam sebuah pesta pernikahan. Khususnya di perkampungan krupuk jenis ini masih mudah didapatkan.
Kerupuk singkong yang siap digoreng (dokter-ikm.blogspot.com |
6. Gatot
Gatot disini bukan Gatot Brajamusti ya? Hehe. Tapi gatot olahan makanan. Gator juga merupakan hasil olahan dari singkong, namun singkong terlebih dahulu dijemur hingga mengering kemudian dikukus dan diberi taburan parutan kelapa.
Rasanya yang unik menjadikan gatot salah satu alternatif kuliner nusantara.
Gatot siap untuk disantap (janaloka.wordpress.com) |
7. Klepon
Semenjak sekola dasar saya menemukan klepon ini dijajakan di warung-warung makanan. Atau dibawa keliling dari satu tempat ke tempat lainnya. Dibuat sperti bekel dan diisi dengan gula dengan warna warni maka klepon menjadi santapan yang lezat untuk dinikmati.
Klepon yang lezat siap memanjakan lidah Anda (akumilo99.blogspot.com) |
Akan tetapi, seiring perjalanan waktu, produk olahan singkong, seperti kerupuk singkong, klepon dan lain-lain sepertinya hampir punah dan saat ini sudah mulai digantikan dengan bahan lain. Boleh jadi karena mungkin rasanya lebih gurih. Padahal kerupuk singkong pun kalau pengolahannya kreatif dengan aneka rasa maka kerupuk ini akan tetap berjaya. Tak perlu menggantikan bahan lain karena kerupuk singkong juga tidak kalah gurihnya.
8. Tiwul
Tiwul adalah makanan olahan dari singkong yang sampai saat ini masih berjaya. Banyak olahan tiwul, seperti tiwul dengan campuran gula merah dan parutan kelapa di atasnya, tiwul dengan sayuran dan lauk pedas, atau tiwul goreng dengan rasa yang lezat. Semua masih bisa dinikmati asalkan masyarakat dan kita peduli untuk melestarikan makanan asli Indonesia ini.
Beberapa olahan singkong ini sejatinya merupakan kekayaan kuliner nusantara. Kita boleh bangga dengan kekayaan yang berlimpah ini, tapi alangkah bangganya jika masyarakatnya mencintai dan melestarikan keberadaannya. Tidak tergoda oleh produk luar negeri yang sejatinya kandungan gizinya kita tidak tahu.
Kitalah yang bisa menjaganya dengan selalu meletakkan di meja-meja makan, meja tamu dan ruang-ruang rapat pemerintahan dan menikmatinya dengan rasa bangga. Karena tanpa upaya ini, maka keberadaan makanan ini lambat laun akan punah dan tinggal sejarah.
Tulisan ini belum semuanya mengangkat olahan dari singkong, karena boleh jadi di tempat lain di penjuru negeri ini, singkong menjadi olahan yang lebih banyak variasinya dan lebih menarik untuk dihidangkan.
Apakah Anda tertarik untuk mengolah dan menikmati sajian dari bahan singkong?
Salam
Komentar