Benarkah Politik Bisa Pisah dari Agama?

retorics.blogspot.com

Akhir-akhir ini saya begitu terhenyak dengan pernyataan bahwa "pisahkanlah Agama dari Politik". Tanpa menyebut siapa sebenarnya yang memiliki gagasan ini, yang pasti ada rasa cemburu dan khawatir jika suatu saat nanti para politisi benar-benar ingin memisahkan agama dari visi politik mereka. Menurut saya selaku masyarakat awam adalah sungguh mengerikan dan mengkhawatirkan.

Bolehlah ada yang beranggapan bahwa "politik itu kejam jadi gak usahlah politik bawa-bawa agama" atau "politik itu kotor jadi jangan kotori agama dengan politik". Meskipun pernyataan ini dapat diterima oleh salah satu pihak, tapi di pihak lain tentu akan banyak pertentangan. Politik adalah bagaimana mengelola sebuah negara, dan apabila politik benar-benar dilepaskan dari agama maka sama halnya negeri itu berdiri di luar kendali agama. Kalau diibaratkan seperti negara-negara penganut ateis, maka wajar saja jika nilai-nilai agama ditinggalkan. Toh mereka tak beragama dan bagi mereka akhirat itu tidak ada. Menurut mereka ajaran agama adalah "candu" dan mesti ditinggalkan.

Aneh, dan sama sekali tidak bisa diterima akal, atau nalar. Paling tidak untuk nalar saya sangat tidak menerima. Karena bagi saya, agama sebagai kendali atas prilaku manusia dalam bermasyarakat, pun dalam menyongsong kehidupan untuk akhiratnya. Apalagi bagi negara ber "Ketuhanan Yang Maha Esa" maka tak elok jika agama hendak disingkirkan. Puncaknya segala sesuatu yang berlabel "agama" khususnya "Islam" akan dianggap "candu" dan tak layak untuk dianut dan dijalankan isinya.

Meskipun prinsip Ketuhanan hakekatnya dikembalikan pada agama masing-masing, tapi jika prinsip Ketuhanan itu ditinggalkan maka amat jelas babak akhirnya.

Akan banyak orang yang berpolitik tak lagi memandang etika, norma dan aturan agama, karena sudah tidak ada lagi kaidah yang mengaturnya. Semua orang ingin bebas semau sendiri tanpa dibatasi. Saat berkampanye dengan cara curang pun dianggap biasa saja. Saling fitnah dan adu domba boleh jadi sudah biasa. Dan klimaksnya dasar negara yang berketuhan itu bisa jadi didaur ulang. Sesuatu yang sungguh miris dan menakutkan.

Dan bolehlah yang berargumen bahwa saat ini para politisi mayoritas beragama Islam, kenapa masih korupsi, masih bermain politik uang dan masih melakukan aksi curang dalam banyak hal. Memperkaya diri dengan cara yang tidak patut dengan mengambil yang bukan haknya. Tentu ini adalah sebuah kondisi yang memalukan dan tidak dapat ditolerir.

Kejahatan pelanggaran hukum "agama" sampai kapanpun harus ada konsekuensinya. Siapa yang berbuat harus bertanggung jawab secara hukum. Meskipun faktanya sampai sejauh ini kasus korupsi masih cukup masif dan teramat sulit diberantas. Hal ini karena terlalu sederhananya hukuman yang diberikan kepada pelaku korupsi sedangkan mereka mengaku beragama Islam.

Dalam Islam sudah jelas, bahwa segala sesuatu di dunia ini diatur dan dijalankan untuk memperoleh kemakmuran di dunia dan tentu kemakmuran di akhirat sebagai tujuan akhir perjalanan manusia. Bekerjalah "berpolitiklah" seolah-olah akan hidup selamanya dan beribadahlah seolah-olah engkau akan mati esok hari. Dan tentu semua manusia akan mati, entah masyarakat awam seperti saya atau politisi sekalipun.

Ironisnya, siapa saja yang menghendaki agama dipisahkan dari politik, mereka menggunakan topeng agama demi memperoleh simpati dari pendukungnya. Bahkan masyarakat awam pun bisa diperdaya dengan penampilan yang sungguh di luar dugaan. Tapi anehnya ketika mereka sudah berkuasa, justru agama malah diinjak-injak dan tidak lagi menjadi ruang untuk mengendalikan diri dari perbuatan yang dilarangnya. Orang yang sekedar Islam KTP pun seolah-olah sudah benar-benar menjalankan agama. Tapi sayang, semua adalah topeng dan tipu muslihat agar masyarakat yang "agamis" ini terperdaya dan memilihnya. Dan setelah menang, wujud aslinya sedikit demi sedikit mulai kelihatan. Mereka hanya memafaatkan ke-awam-an pemilihnya demi mendongkrak suara, tanpa memikirkan betapa kecewanya pemilih karena suaranya dipermainan.

Tapi itulah politik, meskipun berkali-kali masyarakat diperdaya, toh mereka selalu saja berkata: "siapapun yang menang kami tetaplah orang miskin yang gak punya apa-apa."


Bagaimana mungkin agama hendak dipisahkan jika negeri ini dipimpin oleh orang yang beragama, dan betapa tidak masuk di logika jika rakyatnya beragama tapi dipimpin oleh seseorang yang ingin memisahkan agama dari politik. Dalam batin saya sungguh tidak terima.

Puncaknya ketika ketika politik dipisahkan dari agama, maka tujuan dari negara sekuler atau liberal akan terwujud. Bagaimana caranya seorang politisi melakukan cara-cara haram demi tetap berkuasa. Dan musuhnya tentu adalah orang-orang yang beragama. Mereka alergi dengan simbol-simbol Islam dan syariah. Karena dengan prinsip syariah maka ide kapitalisme dan komunisme sedikit banyak akan terancam.

Percaya atau tidak, suatu saat nanti narkoba, miras, pelacuran akan dibebaskan karena tidak ada lagi prinsip syariah agama dalam mengelola negara. Toh yang penting roda negara tetap  jalan meskipun cara yang dilakukan sangat-sangat tidak sesuai dengan agama. Dan contoh kecil sudah terjadi, ketika sebuah kitab suci dilecehkan pun sampai detik ini konsekuensi hukumnya masih diangan-angan.... inget benar dengan lagu dari almarhum sang penyanyi Gombloh ...... hahaha.

Semoga ide memisahkan agama dari politik hanyalah angan-angan dan tak benar-benar terjadi, karena kalau terjadi untuk apa kami dibekali moral, etika dan nilai-nilai agama jika dalam politik justru kami harus membuangnya. Apa nggak sia-sia?

Salam



Komentar