TUGAS REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

 

Jurnal Refleksi Modul 1.4. Budaya Positif



Menumbuhkan Budaya Positif, Mendukung Pendidikan Yang Raman dan Nyaman Bagi Murid



Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu menuntun kodrat anak sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Jadi pendidikan itu diupayakan menyentuh persoalan anak yang azali dimana mereka perlu bertumbuh dan berkembang sesuai kodratnya.


Kodrat anak sebagaimana teori konvergensi adalah bahwa anak-anak itu sejak lahirnya ibarat selembar kertas yang telah ada coretannya namun masih samar. Dan orang tua, guru serta lingkungan yang nantinya dapat mempertebal coretan itu menjadi jelas.


Potensi yang dimiliki anak-anak hakikatnya membutuhkan dukungan dan bantuan dari pendidik agar mencapai potensi yang terbaik bagi kehidupannya kelak.


Bahkan keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dalam menumbuhkembangkan benih-benih kebudayaan, seni, perilaku dan sebagainya.


Hal ini tentu perlu melibatkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama bagi anak-anaknya.


Penumbuhan Budaya Positif Bagi Anak


Budaya positif adalah suatu pembiasaan yang bernilai positif. Di dalamnya mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter murid. Budaya positif perlu dibangun di dalam kelas atau sekolah.


Hal ini dimaksudkan bahwa dalam penumbuhan dimensi kodrati anak pun akan berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan yang universal. Di mana murid perlu mengetahui tentang nilai-nilai kebajikan, seperti beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, saling menghormati, disiplin diri, empati, peduli, saling tolong menolong, berkolaborasi, bernalar kritis dan sebagainya yang tercermin dalam Profil Pelajar Pancasila, yaitu: 1) Berketuhanan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) Mandiri, 3) Bergotong Royong, 4) berkebhinekaan global,5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.


Keenam nilai Profil Pelajar Pancasila tersebut sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal yang disebutkan di atas. 

Lalu bagaimana nilai-nilai kebajikan universal itu dapat terejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari oleh murid, baik di sekolah maupun di rumah dan lingkungan? Kegiatannya adalah dengan pembiasaan budaya positif.


Hal-hal yang bisa dilakukan dalam menuntun kodrat anak dengan nilai-nilai kebajikan universal yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila adalah dengan keyakinan kelas.


Keyakinan kelas adalah sebuah nilai-nilai kesepakatan yang dihasilkan dari hasil diskusi kolaboratif. Dengan keyakinan kelas tersebut akan memberi aturan setiap orang dalam  kelas atau setiap warga sekolah dalam menjalani rutinitas pembelajarannya.


Setia warga kelas atau warga sekolah memegang prinsip di dalam kesepakatan kelas itu dengan dasar kontrol diri. Dengan kontrol diri seorang guru atau kepala sekolah akan menempatkan para siswa sebagai sosok yang memegang kendali dirinya sendiri. Mereka meyakini bahwa keyakinan kelas itu adalah sebuah cara mengatur setiap komponen di sekolah sesuai dengan batas-batas yang sudah disepakati.


Sebut saja ketika murid meyakini bahwa saya harus berdisiplin dalam masuk kelas / sekolah, maka si murid akan mengikuti kesepakatan itu sebagai aturan baku yang mereka ciptakan sendiri. Bahkan ketika murid melakukan pelanggaran, maka mereka harus melihat dimana letak keyakinan kelas yang mereka langgar dan bagaimana mengatasi persoalan yang mereka hadapi.


Melakukan pembiasaan-pembiasaan diri dalam melakukan aktivitas pembelajaran dengan penuh bertanggung jawab, mandiri dan merdeka juga menjadi sumber aturan yang disepakati secara bersama-sama yang pada akhirnya akan menjadi budaya positif bagi para murid dan semua warga sekolah.



Dalam teori kontrol setiap murid dikehendaki memahami apa letak kesalahan yang telah dilakukan. Mereka menyadari bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kesenangan, kehormatan, keamanan, kenyamanan dan sebagainya. Namun semua hak itu tentu dibatasi oleh hak-hak orang lain yang tidak boleh dilanggar.


Bilamana mereka memahami tentang konsep ini maka murid-murid akan menyadari bahwa apa yang dilakukannya seharusnya penuh dengan tanggung jawab.


Dan kemampuan untuk mengenali hak dan kewajibannya perlu didasari oleh motivasi dalam dirinya sendiri. Guru hanya memantau bagaimana murid-murid dapat melakukan kontrol diri tanpa ada dorongan dari siapapun, mereka bertanggung jawab sepenuhnya dengan apa yang dilakukan.


Penerapan Segitiga Restitusi dalam Penumbuhan Budaya Positif


Restitusi adalah salah satu cara dalam menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Maka dari itu setiap guru diharapkan dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid dalam berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.


Diane Gossen dalam Bukunya Restitution School Discipline (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orang tua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitution/restitution triangle.


Prinsip-utama Teori Kontrol Metode Restitusi



Langkah

Teori Kontrol

Menstabilkan identitas

Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan

Validasi tindakan salah

Semua perilaku memiliki alasan

Menanyakan keyakinan

Kita semua memiliki motivasi internal



Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sesi restitusi. Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan secara fleksibel agar murid memahami bagaimana menerapkan strategi kontrol diri dalam dalam pendidikannya.


Lalu apa langkah yang dibuat dalam segitiga restitusi?




Mesntabilkan Identitas 

Pada tahap ini seorang guru memastikan bahwa murid menyadari bahwa setiap orang berpotensi melakukan kesalahan dan menjelaskan bahwa murid tersebut bukanlah satu-satunya yang bisa berbuat salah.

Hal ini bertujuan untuk memancing kejujuran murid atas kesalahan yang boleh jadi tidak sengaja mereka  lakukan. Dan apabila kesalahan itu dilakukan, paling tidak dia mengakui bahwa perilakunya sungguh tidak tepat.


Validasi tindakan yang salah

Pada tahap ini yang bisa dilakukan adalah menanyakan mengenai alasan mengapa sang murid melakukan perbuatan itu kemudian memancing persepsi sang murid tentang upaya efektif yang dapat ia lakukan.

Hal ini dimaksudkan bahwa setiap anak menyadari apa yang dilakukan cukup beralasan meskipun alasan itu tidak menguntungkan pihak lain, karena sebagai pembelaan atas keinginan pribadi. Namun secara sadar guru dapat mengarahkan bahwa apa yang menjadi alasan tersebut sangat merugikan pihak lain. 


Menanyakan keyakinan

Setelah murid mengakui kesalahannya dan mengetahui alasan mereka melakukan itu tahap selanjutnya adalah menanyakan terkait keyakinan kelas yang telah dibuat bersama-sama. Apakah ada pelanggaran atas keyakinan kelas itu? Dan apa yang murid inginkan setelah memahami kembali terhadap keyakinan kelas yang telah buat sebelumnya dan membuat langkah-langkah yang tepat untuk menyelesaikan persoalan mereka secara mandiri dan bertanggung jawab.


Dengan strategi restitusi diharapkan murid dapat memahami bahwa diri sendirilah yang semestinya memahami apa-apa yang tepat dan tidak tepat dilakukan dalam proses pembelajaran atau bagaimana mereka berperilaku sesuai keyakinan kelas yang telah dibuat. Dan secara bertanggung jawab akan menjalankan keyakinan kelas itu bersama-sama murid-murid yang lainnya.



Komentar