Pencabulan Anak di JIS, Sekali lagi Tragedi Buruk Pendidikan Indonesia


Jakarta International School


Oleh: M. Ali Amiruddin, S.Ag.


Lagi-lagi dan lagi, inilah gambaran runyam yang selalu hadir di tengah-tengah kita. Aura negatif yang seringkali menghiasi laman pendidikan di Indonesia. Tidak hanya pendidikan bagi orang dewasa, pendidikan ‘tuk anak-anak pun selalu menuai banyak terpaan masalah. Tidak hanya masalah bagaimana kesejahteraan guru dan kurikulum yang tak pernah menemukan jalan terangnya, kasus-kasus kekerasan atas nama “nafsu” pun masih saja menjadi tradisi yang sepertinya sulit dihilangkan.

Kasus kekerasan seksual sejatinya sudah sering terjadi di tengah-tengah pergulatan pendidikan di Indonesia, bahkan hampir setiap detik, kita selalu dikejutkan dengan pemberitaan yang berbua negatif. Terang saja, bangsa ini seperti dibuat geram, kenapa pendidikan di Indonesia selalu menjadi bagian pemberitaan buruk di media? Apakah memang Indonesia akan kehilangan harga dirinya tatkala penghuni negeri inipun secara perlahan seperti kehilangan harga diri. Dan sayangnya prilaku tidak terdidik itu seringkali terjadi di sebuah lembaga pendidikan. Entah kekerasan fisik antara guru dan siswanya, antara siswa dengan siswa lainnya, maupun antara guru dan guru lain yang turut mencoreng kehormatan pendidikan di Indonesia.

Seperti halnya kkasus  kekerasan seksual yang terjadi di Jakarta International School, kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur yang sayang sekali terjadi di sebuah sekolah yang bertaraf internasional dan tentu saja para personil sekolah yang juga memiliki karakter dan jiwa meng-internasional, namun sayang sekali justru di antara personilnya adalah sosok berjiwa kampungan. Demikianlah sepantasnya sebuah lembaga pendidikan yang berlabel internasional justru mencederai makna modernisasi pendidikan yang kini tengah diperjuangkan. Bahkan sepertinya sekolah yang sering disebut “kampungan” karena berada di kampung pun kondisinya tidak separah sekolah ini.

Kasus Sodomi, Fakta Buruk Sekolah Internasional

Mungkin di antara kita tidak akan pernah menduga, kenapa sebuah lembaga yang “katanya” internasional seperti kecolongan dengan adegan kekerasan seksual yang terjadi di JIS? Apakah sebenarnya JIS memang tidak pantas mendapatkan predikat sekolah Internasional? Atau kejadian ini murni karena rata-rata sekolah begitu lalainya tatkala wali siswa sudah menitipkan anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan di sekolah ini? Sepatutnya kondisi ini tak pantas disandangkan pada sekolah yang sejatinya harus modern. Sekolah yang dilengkapi sarana dan prasarana yang modern pula. Dan tentu saja kualitas layanan pendidikan pun sejatinya harus lebih modern dengan sekolah-sekolah pada umumnya. 

Akan tetapi, jika dilihat kasus yang terjadi di JIS sebagai sekolah yang sepatutnya menjadi teladan karena kedisiplinan, kurikulum yang “katanya” hebat karena mendapat julukan internasional, serta dukungan manajemen sekolah yang baik sepatutnya tak menjadikan sekolah ini kecolongan. Bahkan jika diruntut kejadian tersebut ternyata pelakunya adalah seorang tenaga kebersihan (cleaning service) yang sejatinya sedikit sekali kesempatan untuk “menjamah” anak-anak didik mereka lantaran berbeda status pekerjaannya. Yang lebih parah lagi ternyata ada 6 siswa yang telah diperlakukan dengan cara tidak manusiawi ini. Sumber

Sebuah catatan buruk dan prestasi rendah yang sepatutnya dihindari bagi personalia sekolah pada umumnya dan lembaga JIS pada khususnya.

 Pencabulan amat mungkin terjadi jika si pelaku adalah sosok yang selalu mendampingi siswa belajar. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kredibilitas dan manajemen sekolah patut dipertanyakan. Bahkan pun dapat diduga bahwa predikat internasional sejatinya hanya aksi tipu-tipu penyelenggara pendidikan terhadap pemerintah dan masyarakat. Mereka menamai lembaganya dengan sebutan internasional hanya sebagai kedok untuk mendapatkan legitimasi dan simpati masyarakat. Tentu saja tujuannya agar masyarakat semakin terpedaya dan terkagum-kagum dengan identitas internasional.  Meskipun faktanya sekolah ini tidak layak disebut sekolah internasional karena kasus kekerasan seksual yang sepatutnya tidak terjadi.

Manajemen pendidikan yang mumpuni, seperangkat kurikulum yang boleh jadi melebihi kurikulum sekolah kebanyakan dan pengawasan internal yang superketat sepertinya jauh panggang dari api. Slogan sekolah modern sama sekali tak ditunjukkan oleh sekolah ini. Jakarta Internasional School justru menjadi catatan buruk bagi sekolah-sekolah internasional di Indonesia.

Kasus Pencabulan di JIS, Orang Tua dan Lembaga Pendidikan Mesti Kontrol Diri

Kasus kekerasan seksual yang terjadi di JIS merupakan tamparan buruk bagi martabat pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan yang berjuluk internasional. Karena kejadian ini semakin menjatuhkan kredibilitas pendidikan di Indonesia di mata umum. Tidak hanya masyarakat Indonesia, akan tetapi masyarakat internasional pun sejatinya turut prihatin dengan kasus ini. Dampaknya para orang tua calon siswa di sekolah modern model ini akan berfikir dua kali untuk menyekolahkan di sekolah yang biasanya memberikan tarif mahal untuk sekolah di sekolah ini.

Selain rendahnya pengawasan terhadap para siswanya, tentu saja tarif pendidikan yang tinggi justru menjadi bahaan cemoohan kepada sekolah yang bersangkutan, tak pantas sekolah mahal tapi kualitas amat rendah. Namun demikian, meskipun tidak semua sekolah internasional “bertipe” seperti JIS, akan tetapi akan menurunkan nilai positif dari manajemen sekolah. Sehingga akan ada banyak orang tua yang ingin menyekolahkan di sekolah ini yang harus mengurungkan niat lantaran khawatir kasus yang sama terhadap anak-anak mereka.

Bagi sekolah manapun, baik sekolah Internasional maupun sekolah kebanyakan, hakekatnya tarif yang mahal yang dipatok sekolah tidak dapat dijadikan dasar penilaian bahwa sekolah-sekolah biasa mutunya akan lebih buruk dari sekolah intenasional. Karena ada pula sekolah biasa yang justru memiliki track record yang baik dalam menyelenggarakan pendidikannya. Hal tersebut dibuktikan dengan sederet prestasi yang ditorehkan sekolah-sekolah tersebut.

Catatan akhir dari tulisan ini, hakekatnya lembaga pendidikan apapun, baik sekolah internasional maupun sekolah biasa  memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap keamanan dan kenyamanan warga sekolahnya. Kenyamanan dan keamanan tidak hanya berbentuk gaji yang diterima guru dan karyawannya, akan tetapi bentuk proteksi yang amat ketat terhadap para anak didiknya agar mereka dapat mengenyam pendidikan sesuai dengan harapan siswa dan para orang tua siswa.

Melakukan pengamatan para pekerja sekolah, baik pengamatan prilaku yang mereka miliki. Tentu saja sebelum mereka bekerja dan setelah mereka menjadi karyawan di sekolah tersebut. Dan yang lebih penting lagi adalah mengadakan evaluasi terhadap manajemen sekolah. Harapannya kasus pencabulan / kekerasan tersebut tidak terulang kembali di masa yang akan datang.


divine-music.info

divine-music.info



divine-music.info





Komentar