ISIS, Ketika Makna “Jihad” Disalah Mengerti





Jihad dalam islam adalah jihad untuk cinta, bangun negara dengan semangat rahmatan lil 'alamiin (kasih sayang bagi semesta alam (holebi.info)


ISIS, Ketika Makna “Jihad” Disalah Mengerti

Akhir-akhir ini dunia terlihat goncang dan goyah. Masyarakat yang pada mulanya berfikir normatif kini berubah menjadi pragmatis inkonstitusional. Masyarakat yang mulanya lebih mengedepankan nilai akhlaki, budi pekerti dalam membangun hasanah kehidupan ini, ternyata semakin lama semakin menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Masyarakat bangsa mulai tak lagi mengenal apa itu baik dan buruk, tapi semata-mata berdasarkan cita-cita dan idealisme sempit yang memaksa orang tersebut berbalik arah. Mereka memberontak melawan kemapanan. Namun sayang sekali prilaku seperti ini kebanyakan melawan hukum negara yang sejak awal ditegakkan. Hukum negara yang awalnya bisa menjadi rujukan dan kiblat dalam bernegara.

Para pencari surga berusaha mencari sendiri di mana surga itu berada dan mencari jalan yang dianggap paling baik meskipun acapkali sulit dimengerti, betapa kehidupan ini seperti tak lagi dihargai. Benarkan semua ini buntut dari ketidak puasan rakyat yang seperti dibodohi oleh keadaan? Sehingga pola pikir pun berubah menjadi frontal dan merusak. Mereka menginginkan kebahagiaan di surga, tapi mereka melupakan kebahagiaan di dunia. Konsep pemenuhan aspirasi ukhrawi yang meninggalkan kebahagiaan duniawi.

Pilihan ini memang tidak salah, karena setiap orang berhak untuk memilih kehidupan mana yang ingin dicapai terlebih dahulu, meskipun keinginan ini jangan sampai merugikan orang lain dan justru salah dalam menilai konsep jihad dalam kehidupan yang sebenarnya.


--------

Jika dianalogikan fenomena ISIS dan bergabungnya beberapa orang di negeri ini mungkin buah dari pemaknaan Jihad yang keluar dari koridor yang sebenarnya. Paling tidak menurut penulis sendiri dan dari ajaran suci kitabullah yang cukup mengajarkan banyak hal tentang esensi jihad. Mohon maaf jika ada pihak lain yang berpendapat lain terkait jihad ini. Karena sepengetahuan penulis, jihad tidak semata-mata berperang dan semua orang "dipaksa" untuk turut serta menumpahkan timah panas demi menghabisi lawannya, sedangkan generasi muda yang sejatinya mesti dipersiapkan pendidikannya telah dimanfaatkan oleh kepentingan terselubung dalam balutan jihad ini. Anak-anak yang semestinya dididik dan dibesarkan dengan pengetahuan yang mencukupi agar bisa menjadi rahmat seluruh alam, ternyata dijadikan korban pemaksaan idealisme sempit jihad yang sudah salah kaprah.

Mana mungkin Islam dapat ditegakkan jika generasi mudanya sudah harus berperang? Meskipun sepatutnya mereka menuntut ilmu yang cukup agar kehidupan ini bisa ditegakkan dengan nilai-nilai Islam?

Anak-anak ini tidak lagi anak-anak yang polos yang mesti dididik dengan kasih sayang, pena dan kertas putih yang harus diisi dengan kebaikan. Tapi justru senjata pembunuh, dan konsep perang dan membunuh demi tujuan tersebut. Bagaimana mungkin anak-anak yang tidak mengerti tentang politik dipaksa turut bertempur dan memanggul senjata melawan musuhnya meskipun mereka tak pernah mengerti apa tujuan pasti mereka membunuh.

Benarkah misi jihad yang saya kategorikan dengan misi bunuh diri bagi anak-anak dan orang-orang awam yang tak paham tentang politik benar-benar akan mencapai cita-cita jihadiyah dan surga? Sedangkan di pihak lain orang-orang yang dibunuh sejatinya juga ada di antara mereka yang seagama? ISIS menghendaki Islam tegak dengan khilafah, mereka memaksa kondisi ini berubah drastis menjadi seperti kekhalifahan, meskipun faktanya khalifah Islam di era sebelumnya telah musnah, hancur tinggal puing-puing sejarah. kekhalifahan Islam tinggal nama karena politik yang justru membuat sesama saudaranya saling bermusuhan.

Penulis prihatin, kasus hilangnya beberapa orang dari Indonesia ternyata telah bergabung bersama ISIS, meskipun fakta menyebutkan beberapa orang yang ditahan ternyata berbeda dengan yang diduga hilang. Tapi paling tidak, bukti otentik menyebutkan bahwa beberapa dokumen perjalanan (visa) telah dipalsukan dan menggunakan nama lain demi memuluskan rencananya bergabung bersama ISIS.

Dan tadi malam, diberitakan bahwa ada 57 warga di Kab. Mesuji dinyatakan hilang. Mereka menjadi korban kejahatan radikal mengatasnamakan agama. Menurut media tersebut, warga ini direkrut menjadi pasukan perang ISIS. Mereka direkrut dengan dalih umroh gratis, perjalanan wisata gratis, dan modus-modus lain yang hakekatnya dilakukan untuk mengelabui masyarakat yang minim pendidikan. 

Betapa cerdiknya ulah perekrut ini dalam menjalankan aksinya.

Anehnya, meskipun konsep jihad ini berhubungan dengan hal ikhwal membela agama Islam, kenapa prosesnya justru menipu dan melakukan pemalsuan identitas? Benarkah Islam menghalalkan cara-cara haram demi tujuan suci?

Saya menduga, rekruitment yang dilakukan ISIS hakekatnya sangat terorganisir. Mereka sengaja mengeceh umat Islam dengan janji-janji palsu khilafah. Padahal semuanya semata-mata tujuan semu yang hanya ingin menghabisi Islam dari dalam.

Ada faktor adu domba di dalamnya. Umat Islam di seluruh penjuru bumi dengan terpaksa harus membunuh umat muslim lainnya yang tidak sepaham dengan konsep yang diajarkan ISIS. Khilafah Islam ala mereka sudah dianggap rumus pasti bahwa Islam benar-benar bisa ditegakkan. Meski semuanya masih remang-remang. Apakah kehadiran Muhammad SAW semata-mata mengajarkan berbunuh-bunuhan dan memaksakan kehendak demi suksesnya cita-cita khilafah tersebut? Anda lebih tahu jawabannya.

Pemerintah sepertinya lambat mengatasi arus gerakan ISIS dari dalam

Sepertinya pemerintah saat ini terlihat lalai, mereka bisa begitu mudahnya direkrut bergabung dengan ISIS tanpa ada gerakan pasti mencegah arus rekruitment ini terjadi. Pembicaraan terkait ISIS hanya di forum-forum ilmiah dan diskusi-diskusi di media.

Sejak pertama kali fenomena ISIS merebak, pemerintah sepertinya juga masih jalan di tempat. Buntutnya beberapa warganya yang dinyatakan hilang dan ada yang ditangkap lantaran aksi mereka yang mencurigakan. Mereka ditangkap karena dianggap memasuki wilayah di mana ISIS saat ini berkuasa.

Mau tidak mau, mulai saat ini pemerintah harus semakin jeli dan teliti, buka mata dan buka telinga. Apakah arus rekruitmen ISIS ini masih saja terjadi? Lakukan langkah konstruktif dengan melibatkan anggota masyarakat. Itu jika pemimpin negeri ini peduli akan nasib rakyatnya. Mereka tak membiarkan umat Islam di negeri ini justru menjadi korban kesalahan pahaman tentang memaknai Jihad yang sesungguhnya. Wallahu a'lam bish shawab

Salam

Komentar