Salut buat Pak Jokowi, Penjahat Kemanusiaan Dieksekusi





Gambar : Ilustrasi eksekusi mati gembong narkoba (Sumber: indobolanews.com)
Ilustrasi sang regu tembak tengah mengeksekusi ( gambar: indobolanews.com)







Alhamdulillah, sekali lagi rasa syukur saya pada pemimpin negeri ini. Sosok-sosok pengedar narkoba kelas kakap ternyata mendapatkan hukuman yang setimpal. Meskipun awal mula penyelidikan dan jelang eksekusi berjalan sangat alot, ternyata hakim pun memutuskan para penjahat kemanusiaan itu pun harus mengakhiri hidupnya di ujung peluru pasukan regu tembak.

Sebuah capaian prestasi penegakan hukum dan wujud kecintaan Presiden Jokowi kepada rakyatnya. Meskipun dalam menegakkan hukum tersebut banyak negara yang menentang, memprotes dan ingin menekan kebijakan presiden ini dengan dalih kemanusiaan. Tak hanya dalih kemanusiaan. Kenapa para penjahat kemanusiaan ini dibela habis-habisan oleh para pemimpin dunia. Mereka pun menekan presiden serta pemerintahan Jokowi-JK dengan strategi embargo ekonomi.

Mereka seolah-olah ingin menjadikan negara kita seperti boneka yang bisa mengendalikan Presiden Jokowi dengan dalih perjanjian luar negeri. Meskipun saya sempat heran seribu heran, melihat sikap para kepala negara dan pejabat-pejabat yang dengan keras kepala membela para penjahat kemanusiaan itu? Apakah murni karena nilai kemanusiaan? Saya ingin mencoba meluruskannya.

Semenjak satu dasawarsa ini peredaran narkoba di Indonesia sangat memprihatinkan. Perdagangan dan peredaran bisnis haram yang sudah jelas-jelas merusak nilai-nilai kemanusiaan ini begitu mudahnya meracuni rakyat negeri ini. Tak hanya kalangan dewasa yang menikmati dan menjadi korban hingga berujung kematian, karena anak-anak di usia dini pun acap kali menerima getahnya. Anak-anak yang ingin melihat dunia ini berkembang dengan keberadaan mereka, ternyata diracuni, dibunuh dengan racun yang bernama narkoba.

Bahkan, disinyalir puluhan orang meninggal setiap harinya diakibatkan menelan narkoba. Mereka yang sejatinya berhak untuk menikmati kehidupan ini dengan cara yang patut, pun harus dicerabut dan tak lagi menerima hak-haknya sebagai manusia yang bebas. Bebas dari ancaman narkoba dan bebas dari racun yang menggerogoti tubuh dan pikiran mereka. Setiap hari anak-anak ini mendapatkan tekanan mental, hingga detik-detik akhir sebelum kematiannya mereka pun tak lagi melepaskan diri dari jeratan narkoba. Sungguh memprihatinkan.

Inilah kenyataan dan kejahatan yang benar-benar luar biasa. Kejahatan yang benar-benar melawan nurani kemanusiaan.

Anak-anak hingga dewasa yang sejatinya berhak mendapatkan hak untuk hidup dan berkarya, harus terjerat oleh kebahagiaan semu yang justru membunuh mereka secara perlahan. Sebuah fakta yang tak dapat disangkal lagi bahwa para gembong dan pengedar narkoba ini hakekatnya adalah penjahat kemanusiaan.

Mereka yang telah membunuh ribuan umat selayaknya mesin perang ini, pun sejatinya harus dihukumi di hadapan mahkamah internasional. Tapi, saat ini apa yang terjadi? Kita melihat sendiri bukan? Negara-negara yang sejatinya adalah selalu meneriakkan ide-ide kemanusiaan pun sepertinya gelap mata, tak hanya gelap mata dengan dampak dari perbuatan para pengedar narkoba. Mereka yang membela habis-habisan pengedar narkoba ini pun tak memiliki lagi rasa kemanusiaan. Secara nyata membela pembunuh bangsa ini dengan menggunakan kekuasaannya dan kebijakan embargo ekonomi supaya negara-negara  yang katanya sahabat menjadi lemah.

Secara teori perang pun menunjukkan, bahwa tidak ada jalan lain bagi kemenangan adalah melakukan konspirasi besar agar secara perlahan negara-negara di bawah kendali mereka, termasuk yang berada di bawah hegemoni Barat dan Eropa harus benar-benar tunduk di bawah cengkeraman mereka. Tak hanya di bawah negara secara terotorial, organisasi yang sepatutnya membela negara kecil pun ikut dikendalikan demi memuluskan rencana jahatnya memerangi negara-negara kecil seperti Indonesia. 

Akan tampak nyata jika kejahatan perang ini diwujudkan dengan senjata, karena perang sudah menjadi kejahatan kemanusiaan yang tak terampuni. Mereka menggunakan narkoba sebagai alat untuk memuluskan rencana jahatnya.

Sayang sekali PBB yang semestinya menjadi penengah dan bersama-sama melawan peredaran narkoba justru ikut nimbrung menekan pemerintahan Indonesia agar tidak melaksanakan eksekusi mati. Ada apa ini? Benarkah mereka sudah kelewat kejamnya hingga kebijakan Presiden Jokowi yang ingin membela rakyatnya turut dipaksa agar mengikuti kemauan mereka?

Beruntung sekali rakyat Indonesia memiliki presiden yang konsisten memegang janji-janjinya, bagaimana beliau dan jajaran pemerintahannya ingin melindungi negara ini dari jeratan racun narkoba tersebut. Meskipun banyak pertentangan dan ancaman ditariknya duta besar negara yang katanya  "SAHABAT" itu. Mereka menggunakan dalih Sahabat agar Indonesia tidak bergeming.

Mereka seolah-olah memaksa Presiden Jokowi mengikuti aturan dan perintah mereka. Membatalkan eksekusi mati penjahat kemanusiaan tersebut dengan dalih kemanusiaan. Kemanusiaan yang mana? Lah wong mereka jelas-jelas penjahat kemanusiaan kog tidak boleh diadili? Sudah jelas bahwa gembong narkoba adalah pembunuh hak-hak manusiawi yang ingin menikmati kehidupan dengan rasa aman dari ancaman narkoba kog katanya melanggar hak-hak kemanusiaan? Sebuah pola berpikir pemimpin negara maju yang tak lagi mengindahkan derajat kemanusiaan itu sendiri.

Namun sekali lagi saya bersyukur. Bahkan semua rakyat Indonesia yang membela kemanusiaan dan menghendaki rakyatnya terbebas dari ancaman narkoba pemerintah bersikap tegas mengadili siapa pun yang hendak merusak generasi muda yang sejatinya adalah calon penerus bangsa ini.
Jika para pemimpin negara seperti Tony Abbot mengatakan Jokowi melawan nilai-nilai HAM atau kemanusiaan, sepertinya mereka harus membaca puisi ini:

Wahai para pemimpin negeri
negeri yang katanya menjunjung kemanusiaan
kenapa justru menjadi penjahatnya?
membela pembunuh kemanusiaan itu?

Wahai para pemimpin negeri
apakah Anda tidak melihat?
berapa ribu bahkan jutaan rakyat tergoda
menenggak, meminumnya hingga tak sadar diri
otak mereka terkunci, tubuh mereka menjadi mati

Wahai para pemimpin negeri yang katanya manusiawi
lihatlah berapa juta orang mati sia-sia
tak lagi menikmati saat-saat bahagia
membangun negeri tercinta dengan cinta
membangun negeri tercinta dengan gelora jiwa

Wahai pemimpin negeri pembela narkoba
sudahkah Anda Pikun atau Anda sengaja Lupa?
bahwa rakyatmu pun mati sia-sia
di terjang peluru manis yang membunuh sia-sia
Wahai pemimpin yang arif bijaksana
Itulah peluru pembunuh yang sesungguhnya
peluru-peluru yang katanya pembawa kenikmatan
tapi justru membunuh kami tanpa ampun
tak berdaya terbujur kaku sebab jeratan narkoba

Sekali lagi, saluuuuuut kepada Presiden Jokowi. Anda telah melindungi kami dan menjalankan amanah rakyat dengan menegakkan hukum seadil-adilnya. Meskipun Anda mendapatkan tekanan dari pemimpin negeri lain yang tak memiliki nurani apalagi manusiawi.

Selamat Pagi Indonesia

Metro, 30/4/2015


Komentar