Belajar dari Bunda Kartika Affandi, Produktif di Usia Senja

 



Dr. HC. Kartika Affandi, Pelukis Wanita Indonesia (havrillay.com)



Alhamdulillah tiba-tiba ada email masuk. Saya enggak menyangka sih kalau akan mendapatkan undangan Talk Show dari Komunitas Traveller Kompasiana (Koteka). 


Acara tersebut menghadirkan tamu istimewa seorang Duta Besar Indonesia untuk Negara Jerman Bpk. Dr. Arif Havas Oegroseno.


Selain itu, ada pula Bunda Dr. HC. Kartika Affandi yang disebut sebagai sang maestro perempuan dalam bidang lukis, selaku Pembicara pada acara tersebut. 


Acara tersebut dipandu oleh Mbak Gaganawati Stegmann selaku Admin Koteka, yang saat ini juga berdomisili di Jerman.


Acara yang diadakan pada Sabtu, 15 Agustus 2020, tepat lima hari yang lalu tersebut, diikuti oleh para Kompasianer yang memang seorang Traveller, atau dalam bahasa gaulnya suka jalan-jalan. 


Nah, saya selaku peserta yang memang punya hobi yang sama, tentu tertarik dong kalau diundang dalam acara tersebut, apalagi tanpa dipungut biaya sepeserpun. 


Tentu saja acara yang seharusnya menelan waktu 1 jam dan ternyata molor 2 jam lebih tersebut, ternyata memberikan banyak pengetahuan yang sama sekali belum pernah saya dapatkan. Bahkan pada seluruh peserta yang hadir dalam Talk Show via zoom tersebut.


Dalam acara tersebut tentu saja para peserta begitu antusias untuk menyimak dan memberikan pertanyaan seputar travelling. 


Pembicaraan tidak hanya tentang travelling saja, karena pada saat itu, acara dengan tema Travel, Melukis di Usia Senja? Enjoy Aja tersebut, mengupas dengan sangat jelas bagaimana sosok yang mungkin saja sudah tidak lagi muda, harus bisa menggunakan usia tersebut pada hal-hal yang menyenangkan dan produktif.


Bunda Kartika Affandi dalam Talk Show , 15 Agustus 2020 (screenshot dok. pribadi)


Nah, Bunda Kartika Affandi memberikan beberapa wawasan bagaimana berlaku sebagai seorang traveller sekaligus bisa juga menjadi seorang pelukis. 


Meskipun saat ini para peserta (kompasianer) boleh jadi bukan pelukis, nyatanya konteks kebermanfaatan acara tersebut sangat terasa. 


Bunda Kartika selalu memberikan wejangan, "gunakan jalan-jalanmu atau travelmu dengan mengisinya pada hal lain yang bermanfaat."


Jika seorang pelukis, semestinya memanfaatkan semua yang ada di tempat tujuan sebagai wahana menuangkan ide yang realistis, bukan hanya karangan semata. 


Seandainya traveller tersebut adalah seorang penulis atau fotografer sekalipun, semestinya bisa menggunakan saat-saat yang menyenangkan dalam travelling untuk menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.


Bunda Kartika Affandi-sebagaimana diceritakan beliau - memiliki hobi melukis sejak kecil. Boleh jadi memang mewarisi bakat dari seorang ayah yang juga seorang pelukis terkenal atau disebut juga sang Maestro Pelukis Indonesia yang dikenal di dunia Internasional, berkat gaya ekspresionis dan romantisme yang khas.


Bahkan karena begitu bakat istimewa itu lahir semenjak dini, ternyata pengalaman yang diasah sedemikian rupa di berbagai daerah selalu melahirkan sebuah karya yang fenomenal. 


Dan yang lebih istimewa lagi, beliau memang memiliki jiwa mandiri sejak kecil. Jiwa mandirinya itulah yang membentuk kemampuan dalam melukis hingga sekarang. Bahkan beliau berpesan pada semua orang, khususnya peserta, agar memiliki prinsip yang kuat dalam kehidupan. Mencintai semua hobi dan pekerjaan dengan sepenuh hati, karena itu akan melahirkan karya yang terbaik.


Kisahnya di beberapa penjuru dunia dalam pengalaman melukis


Ada beberapa kisah yang sungguh memancing motivasi kita untuk selalu mengembangkan kemampuan secara optimal, adalah ketika beliau menceritakan perjalanan sebagai seorang pelukis ketika memasuki beberapa wilayah. 


Beliau selalu ingin mengetahui seluk beluk budaya setempat yang masih asli. Bagaimana beliau mencontohkan betapa uniknya budaya di Papua, ketika para penduduk di sana yang tubuhnya dibalur dengan minyak babi hingga kulitnya mengkilat dan bagus, serta bagaimana uniknya para lelakinya ketika memakai koteka. Sebuah budaya yang patut untuk dibanggakan.


Selain di Papua, ada satu kisah di suku Aborigin, Australia yang menurutnya seorang pelancong tidak akan diperkenankan melukis. Karena notabene para penduduknya khususnya perempuan 70%-nya adalah pelukis. 


Hingga suatu ketika beliau menggunakan sebuah pecahan kaca mobil agar dapat mengamati wajah wanita suku Aborigin tersebut untuk dijadikan objek  lukisan. Di mana kebiasaan perempuan suku Aborigin yang ahli dalam melukis dengan teknik dot painting (melukis dengan dipukul-pukul), hingga dipamerkan di Amerika  Serikat dan harga lukisannya mencapai US$ 200.000 . Betapa karya yang sangat mahal bukan?


Begitu juga ketika beliau menceritakan betapa kebudayaan Kalimantan (Dayak) di mana para wanitanya memakai kupluk (topi khusus) dan telinga yang menjuntai panjang karena diberikan perhiasan. Bahkan ada pula yang menurut beliau lucu ketika ada di antara mereka yang menganggap  tinta sebagai odol. Mungkin karena belum begitu mengerti penggunaan tinta dalam proses melukis.


Dan yang lebih mengagumkan lagi bahwa beliau pernah menjadikan sapi sebagai objek lukisan. Bukan hanya mengarang bentuk sapi, tapi benar-benar terjun di kandang demi mendapatkan kesan yang sempurna dalam proses melukis. Meskipun harus mencium bau kotorannya.


Dengan kata lain, Bunda Kartika Affandi selalu melukis di mana beliau menemukan objek lukisan (on the spot), dan bukan sekedar mengarang saja. Menjadikan semua perjalanan ke berbagai daerah sebagai tempat untuk menyalurkan hobi dan kreativitasnya dengan cara yang menyenangkan. 


Meskipun usia sudah tidak lagi muda, apa yang perlu dicontoh dari beliau adalah semangat untuk tetap kreatif dan mengisi hari-hari tua dengan hal-hal yang bermanfaat, sebagaimana tema talk show tersebut.


Pesan bagi perempuan


Di akhir penuturannya, beliau memberikan pesan kepada wanita agar menjadi wanita yang mandiri. Jangan menjadi perempuan yang cengeng dan pesan beliau jangan pernah tergelincir ke lembah hitam. Jagalah harga diri sebagai penghargaan nilai kewanitaan.


Salam


Komentar

My Youtube Channel